BUKITTINGGI, KLIKPOSITIF – Sri Engla Deswita atau yang akrab di sapa dengan Uniadek berkisah jika dulu ia menjual Rendang karena terdesak oleh kebutuhan uang, itu terjadi di tahun 2017.
“Karena melihat orang berjualan Rendang cukup menghasilkan uang, maka saya coba menjual Rendang dan saat itu terjual dengan harga Rp170 ribu per setengah kilogram, sehingga kebutuhan uang saya saat itu bisa saya penuhi,” katanya memulai kisah berjualan Rendang.
Diakui Uni Adek, harga Rp170 ribu/ setengah kilogram kala itu termasuk mahal, tapi tetangga yang membeli Rendang kala itu puas dengan masakan Uniadek.
“Saya coba jualan Rendang dengan memasak untuk tetangga yang mau mengirimkan Rendang kepada anaknya yang berada di rantau. Saat itu, saya jual Rp170 ribu per setengah kilo. Tahun 2017, itu termasuk harga yang mahal dari harga pasaran. Walaupun saya jual dengan harga tinggi, namun tetangga yang minta dibuatkan Rendang untuk anaknya mengaku masakan saya enak dan berjanji akan memesan kembali. Pada kala itu, foto Rendang itu saya posting di salah satu media sosial, Facebook dan mendapatkan tanggapan positif,” kenangnya.
Postingan Facebook Uniadek mendapat respon yang baik dari orang terdekat dan mereka mulai memesan untuk di konsumsi sendiri. Rasa Rendangnya yang berbeda dari yang lainnya di pesan lagi.
Karena mendapat respon yang baik dari teman-temannya, akhirnya ada yang mau pesan lagi. “Setelah pesanan kedua itu dan mereka mengatakan enak, maka saya diskusi dengan suami untuk membuka usaha Rendang, maka di tahun yang sama kita buka usaha Rendang dengan memanfaatkan garasi rumah untuk memasak. Sebenarnya membuka usaha Rendang dengan melakukan pengiriman itu sudah terpikir sejak tahun 2014, namun baru terealisasi di tahun 2017,” kata perempuan kelahiran 1991 ini.
Setelah menekuni dan fokus dengan usaha ini, akhirnya Uniadek mulai serius dengan semua hal yang menyangkut dengan penjualan, seperti pengemasan, bahan dan bumbu.
“Jika sebelumnya pengemasan dilakukan dengan plastik dan diikat dengan karet, maka setelahnya perlahan kita mulai kemas dengan plastik yang lebih rapi, mulai memperhatikan target pasar, cita rasa dan manajemen lainnya,” paparnya.
Uniadek mengaku, Rendang yang disajikannya merupakan Rendang dengan kualitas premium, sehingga ia berani memberikan harga yang sedikit tinggi di atas harga pasar. “Karena untuk menetapkan standar Rendang Uniadek, saya belajar selama lima tahun dengan suami dalam menetapkan standarnya sendiri,” terangnya.
“Jika ada yang bilang Rendang Uniadek mahal, maka kita akan menjawab dengan kualitas dan rasa yang tak berubah. Kita menjamin kualitas yang kita tawarkan setara dengan nilai yang dikeluarkan,” jelasnya.
Saat ini, Galeri Rendang Uniadek menjual berbagai jenis Rendang, diantaranya Rendang Daging, Rendang Lokan, Rendang Tuna Kering, dll. “Untuk kemasan yang disajikan mulai dari 250 gram,” terangnya beberapa waktu lalu.
Sekarang usaha Rendang Uniadek sudah memiliki dua galeri di dua Kota di Sumatera Barat. Dua galeri itu berada di Kota Bukittinggi di Jalan Raya Padang Lua km 5, Banuhampu, Agam dan Kota Padang di Jalan Bandar Purus, Padang Pasir, Kec. Padang Bar., Kota Padang, Sumatera Barat.
Selain menjual makanan siap saji, Rendang Uniadek juga menyediakan bumbu Rendang untuk di masak dengan mudah. “Sehingga bagi yang ingin memasak Rendang dengan bumbu lengkap, kita juga menyediakan,” jelasnya.
Memenangkan program BRI Incubator
Dalam mengembangkan usahanya, Uni Adek terus membuat inovasi dan memperkuat usahanya dengan modal. Salah satu hal yang dilakukannya ikut program BRI Incubator. Program ini memiliki tujuan menaikkelaskan UMKM, baik dari segi peningkatan kualitas, kapasitas, kapabilitas secara digital dan fokus pada validasi ekspor.
Memenangkan program BRI Incubator membawa Rendang Uniadek dikenal dunia internasional.
BRI Incubator sendiri merupakan usaha yang melihat bagaimana rencana bisnis yang akan dikerjakan oleh UMKM selama lima tahun kedepan, mulai dari produksi, pemasaran, penunjukan SDM dan lainnya.
“Program ini berhasil dimenangkan Uniadek pada tahun 2018 dengan memenangkan hadiah sebesar Rp60 juta sebagai pemenang pertama. Hadiah itu ia gunakan untuk membuka restoran bakso dengan nama Bakso Nyonya. Itu ia lakukan karena Rendang saat itu belum memiliki pasar yang setiap hari dibutuhkan orang. Saat itu kita belum bekerjasama dengan Dinas Pariwisata, sehingga belum terlihat pasar yang jelas,” katanya.
Setelah usaha itu berjalan dengan baik dengan nama Restoran Nyonya, maka perlahan Rendang Uniadek juga berjalan dengan baik. Ia mulai melakukan berbagai inovasi dengan usaha Rendang. Salah satu inovasi yakni menambah produk dari yang awalnya delapan, saat ini berjumlah 17 produk.
“Kita melakukan berbagai survei untuk produk tersebut karena kita tahu, untuk produk Rendang semuanya bisa dijadikan Rendang, baik daging maupun bahan lainnya,” paparnya.
Untuk saat ini, Rendang Uniadek sudah di tahap yang bisa melakukan ekspor ke luar negeri. Hal itu juga berkat pameran yang diikutinya, baik tingkat lokal maupun nasional.
“Rencana bisnis yang kita buat pada kegiatan BRI Incubator dulunya bisa kita laksanakan secara perlahan dan sesuai dengan apa yang kita rencanakan saat ini,” tuturnya.
Selain itu, saat ini ia juga masih sering di ajak oleh pihak BRI ikut pameran dan jaringan untuk memasarkan produk.
Regional CEO BRI Padang, Moh.Harsono mengatakan, Empowerment (pemberdayaan) yang dilakukan oleh BRI melalui banyak hal, diantaranya literasi dan Inkluisi keuangan hingga pemberian modal kerja untuk meningkatkan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan.
“Selain itu, BRI juga memiliki program inkubasi dan akselerasi bisnis untuk UMKM sehingga bisa naik kelas,” jelasnya.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Sumbar, Endrizal mengatakan, bagi UMKM yang di kelompokkan kepada UMKM yang sudah bisa memasuki pasar ekspor, maka ini akan dilakukan kolaborasi dengan pihak yang mumpuni di bidangnya.
“Sehingga untuk pasar ekspor yang lebih luas, bisa dilakukan pemetaan ke berbagai negara tujuan ekspor. Salah satunya dengan Bank milik pemerintah dalam kolaborasi ini,” katanya saat dihubungi melalui telepon, Selasa malam, 19 Maret 2024.
Guru Besar Ekonomi Pembangunan Universitas Andalas (Unand), Prof.Dr. Syafruddin Karimi, SE,MA berpendapat, ekosistem pembangunan UMKM adalah pondasi penting.
“Ekosistem itu akan membentuk sikap pelaku usaha yang positif terhadap kegiatan entreprenur. Selanjutnya akan mendorong tumbuhnya kegiatan entreprenur. Komponen ekosistemnya meliputi aspek kapasitas produktif dan peluang pasar. Penguasaan teknologi, modal manusia, modal usaha, dan digitalisasi harus mendukung sebagai bukti ekosistem yang kondusif buat pengembangan entreprenur sudah terpasang,” jelasnya saat di hubungi melalui pesan singkat, WhatsApp, Minggu, 17 Maret 2024.
Menurutnya, pemerintah harus mampu memetakan mana UMKM yang masih mengeluhkan masalah klasik, seperti modal, dll, sehingga mengabaikan pasar bagi UMKM yang lebih baik.
“Kita tentu tidak perlu lagi mendengarkan keluhan keluhan klasik dari UMKM: kesulitan modal dan susah mendapatkan kredit. Ini pada sisi produksi, butuh pemihakan kebijakan. Sebaliknya pada sisi pasar juga butuh pemihakan pemerintah sebagai market driver. Tentu sudah disiapkan peta pasar kita di mana saja UMKM telah mengisi pasar,” jelasnya.