PADANG, KLIKPOSITIF – Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat mengadakan Forum Grup Discussion (FGD) tentang penyampaian draft dossier penyusunan Geopark Ranah Minang menuju Unesco Global Geopark. Kegiatan ini menghadirkan Kepala Dinas Pariwisata atau perwakilan sebelas kabupaten/kota yang ada di Sumatera Barat, yang dilaksanakan di salah satu hotel di Kota Padang Selasa, 9 November 2021.
Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan itu Ketua Harian dalam Bidang Teknik Sipil Geopark Ranah Minang, Dr. Ir. Febrin Anas Ismail, MT, Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM. Dr. Ediar Usman dan tim Biologi. FGD dibuka langsung oleh Kepala Dinas Pariwisata Sumatera Barat, Novrial.
Dalam FGD itu dibedah dossier atau draft Geopark Ranah Minang yang akan di ajukan kepada Unesco. Dossier yang akan diajukan mengangkat tema “Living in Harmony with the Great Sumatran Fault”. Secara filosofi, kawasam Geopark Ranah Minang termasuk dalam zona jajaran Bukit Barisan dan Zona Patahan Besar Sumatera (van Bemmelen). Zona jajaran Bukit Barisan adalah perbukitan dan gunung api aktif yang memanjang dari selatan ke utara Pulau Sumatera, mulai dari Provinsi Lampung hingga Aceh.
Patahan Sumatera memiliki lima segmen, yakni Suliti, Sumani, Sianok, Sumpur dan Baramun. Setiap segmen memiliki geosite keunikan dan keindahan tersendiri. Selain itu, kondisi geologis yang dihasilkan oleh patahan Semangko menghasilkan flora dan fauna yang unik sesuai dengan wilayah dimana mereka hidup.
Kepala Dinas Pariwisata Sumatera Barat, Novrial mengatakan, FGD yang dilaksanakan ini merupakan FGD terakhir atau finasl sebelum dossier ini diajukan ke Unesco. “Rencana akhir tahun ini akan diajukan ke Unesco.
Saya berharap jangan sampai situs wisata geopark ini dimaknai sebagai objek yang biasa, yang dilihat dimana-mana seperti objek biasa dengan bukaan lahan, ada pembangunan, dll. Tapi ini adalah konservasi,” katanya usai kegiatan FGD.
Novrial menyebut, Geopark merupakan wilayah konservasi yang dinikmati secara alami sehingga pengunjung berani bayar mahal. “Tak hanya seperti wisatawan yang datang sehari atau beberapa jam, kemudian bayar puluhan ribu, bukan itu. Tapi pengunjung yang datang berani tinggal dalam waktu lama menikmati Geopark itu sendiri, sehingga kita berpikir bukan kuantitas, tapi kualitas,” tuturnya.
Selain itu, tadi dalam FGD juga dibicarakan apakah di kawasan itu akan dibangun jalur atau jalan menuju kelokasi dengan semen atau menikmati jalan berkelok-kelok yang memang lebih konservasi. “Jangan membuka wisata seperti biasa, makanya kita beri usulan-usulan yang spesifikasinya menjual dan disukai Unesco,” terangnya.
Ia menjelaskan tema kita patahan geologi. Ini tema unik yang belum ada di mana pun. “Ini menjadi nilai jual untuk diprioritaskan di awal ke Unesco.
Kita tidak pikir kuantitas tapi kualitas. Misalnya orang sedikit tinggal lebih lama. Ada namanya nanti geotrail dimana wisatawan menikmati beberapa trail. Sehingga ini bukan must tourism,” jelasnya.
Geopark Ranah Minang menuju Unesco Global Geopark ini telah disusun sejak lama, yakni sejak 2017. “Ini konsep baru bagi kita. Dari dossier tadi ada beberapa yang harus diperbaiki. Ada masukan foto, soal matrilineal yang hidup di patahan Sumatera, bangunan rumah yang adaptif, dll,” paparnya.
Hingga saat ini, Dinas Pariwisata juga telah melakukan sosialisasi dari titik ketitik dengan masyarakat sekitar Geopark yang ada, masuk ke sekolah-sekolah sehingga dianggap perkuatan selanjutnya. “Masyarakat tahu soal geopark yang ada di sekitar mereka.
Masyarakat kita adaptif, maka nantinya ada adaptasi dengan kasus yang ada di geopark-geopark dunia. Saat ini jika berbicara kepada masyarakat mungkin mereka belum percaya, jadi nanti lebih kepada aplikasinya kepada masyarakat,” paparnya.
Sementara itu, Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM. Dr. Ediar Usman mengatakan, setiap geopark harus memiliki ciri khas. “Yang potensial yang diajukan ke Unesco adalah patahan Sumatera. Dan ini sudah melegenda, misal kita sudah memiliki Ngarai Sianok yang jadi pembeda dari yang lain. Ini objek nya sudah ada sehingga lebih mudah di bawa ke Unesco,” katanya.
Ia menambahkan, Sumbar merupakan daerah yang komplit dengan yang dimiliki, seperti danau, gunung, terus danau yang asin, namun letaknya di ketinggian. “Maka ini adalah hal yang unik, apalagi ada asapnya. Jika kita angkat, maka para ahli akan datang dan masyarakat juga melihat ini adalah hal yang unik, sehingga ini jadi daya tarik. Objek lain seperti batuan, fosil, batu mulia, dll. Ini menggambarkan geosite yang ada di Sumbar umurnya sudah sangat tua dan harus dilestarsikan untuk generasi yang akan datang,” paparnya.
“Salah satu daya pikat adalah akses menuju Geopark, namun dalam geoparkk harus alami, akses menujunya harus cepat sehingga wisawatan tidak lama di jalan, yang penting jangan mengubah landscape geopark. pembangunan terkendali, selektif, dan jika memancing pembangunan yang lain, mungkin harus dikaji lag,” jelasnya.
Ediar menyebut Fasilitas lainnya yang mendukung tempat itu juga harus ramah lingkungan, sehingga tidak mengubah yang asli, bukan hanya geoside, tapi kehidupan yang alami masyarakat juga mendukung,yang alami jangan diubah. Makanan juga harus alami, jangan di ubah. dan bisa dimanfaatkan dengan baik. daun kelapa, pisang, buah-buahan sehingga ini yang harus diolah.