Dibalik Besarnya Pintu dan Jendela di Museum Istano Basa Pagaruyung, Ini Filosofinya

Tanah Datar

Museum Istano Basa Pagaruyung memiliki pintu dan jendela dengan ukuran besar dan jumlah yang banyak.

Museum Istano Basa Pagaruyung memiliki pintu dan jendela dengan ukuran besar dan jumlah yang banyak. (Fitri Syarifah/liputan6.com)

KLIKPOSITIF – Pintu dan jendela di Museum Istano Basa Pagaruyung dibuat besar karena harus menyesuaikan dengan ukuran bangunan istano yang juga besar bila dibandingkan dengan rumah gadang orang Minangkabau biasanya.

Selain ukuran yang besar, rumah gadang juga banyak jendelanya.

Istano Basa Pagaruyung memiliki 24 buah jendela terdiri dari 12 buah di lantai I, 10 buah di lantai II, dan 2 buah di lantai III. Sementara untuk pintu ada sebanyak 4 buah pintu.

Menurut Penulis Buku Rumah Gadang yang Tahan Gempa (2018), Gantino Habibi, menyebutkan jendela rumah gadang memiliki ukuran yang besar. Bentuk jendela mengikuti bentuk Rumah Gadang yang miring dan tidak simetris. Pada jendela terdapat bingkai yang terbuat dari papan.

Ukuran jendela yang besar membuat sinar matahari cukup menyinari setiap ruangan, ditambah dengan banyak jendela pada Rumah Gadang. Jumlah jendela Rumah Gadang, terdiri dari 8 jendela di bagian depan, 2 jendela di bagian kiri, dan 2 jendela di bagian kanan.

Setiap jendela menjadi tempat sirkulasi udara dan cahaya matahari. Sehingga, isi rumah terasa segar, sehingga menyehatkan siapa saja yang tinggal di Rumah Gadang.

Sementara menurut Penulis Buku Rumah Gadang (2013), Agusti Efi Marthala, menyebutkan pintu dan jendela terbuat dari papan yang tebal dan kuat. Orang Minangkabau pada umumnya menyebut jendela juga 'pintu', sedangkan pintu untuk keluar masuk rumah mereka namakan pintu rumah dan pintu bilik dinamakan pintu bilik.

Di atas jendela ada fentilasi yang sebut pintu angin. Jendela-jendela disangga dengan kusen-kusen (bingkai) yang besar sehingga terlihat kokoh. Antara sambungan yang satu dengan yang lainnya tidak dipaku melainkan diperkuat dengan pasak kayu atau ruyung.

Pada sebagian Rumah Gadang, antara pintu masuk dengan pintu ke dapur berlainan. Pada sebagian Rumah Gadang Bodi Caniago pintu masuk dengan pintu ke dapur dibuat satu pintu atau pintu yang sama, yang terletak pada bahagian belakang dari rumah gadang.

Pintu masuk ke rumah yang menyatu dengan pintu dapur adalah lambang kearifan seorang penghulu terhadap kehidupan anak kemanakannya. Seorang penghulu atau ninik mamak apabila naik ke rumah gadang akan melihat suasana dapur anak kemanakannya tanpa banyak bertanya, ia akan arif dengan keadaan kemanakannya, apakah dapurnya berasap atau tidak dengan kata lain apakah anak kemanakannya berkecukupan atau tidak.

Jendela Rumah Gadang menghadap ke dalam, sebagai lambang apabila membuka dan menutup sesuatu dimulai dari dalam bukan dari luar atau bukan orang lain yang menutup.

Menurut Peneliti Khairuzzaky seperti dilansir di laman www.journal.ubm.oc.id, menyebutkan salah satu ukiran yang menghiasi pintu dan jendela Museum Istano Basa Pagaruyung adalah bermotif Saluak Laka.

Motif Saluak Laka menggambarkan kekerabatan, persatuan dan kesatuan dalam hubungan bermasyarakat. Bentuk Saluak Laka yang terjalin erat, membentuk kesatuan yang kuat. Jalinan ini merupakan simbol persatuan, kemudian membuat kekerabatan yang kokoh.

Untuk motif ukiran Saluak Laka adalah sejenis anyaman dari rotan yang biasa dipakai sebagai penadah periuk atau belanga yang masih panas.

Keistimewaannya ukiran Saluak Laka ini terbuat dari selembar rotan yang panjang sekali, supaya tidak terjadi persambungan rotan ditengah-tengahnya. Jalinan tersebut berfungsi sebagai alas atau penahan periuk agar jangan terguling dan jelaganya jangan sampai mengenai benda-benda lainnya.

Hal yang ingin diungkapkan melalui bentuk Saluak Laka ini adalah bentuknya yang terjalin erat, sehingga membentuk kesatuan yang kuat dan ulet. Jalinannya yang kuat inilah yang pantas diteladani dalam kehidupan kekeluargaan.

Jadi pintu dan jendela di Rumah Gadang selain untuk sirkulasi udara juga bermakna kearifan seorang penghulu kepada kemenakannya, melambangkan kekerabatan dan kekeluargaan yang kuat. (*)

OPINI: Irfan Taufik

Exit mobile version