PASAMAN BARAT, KLIKPOSITIF — Berbicara tentang Kabupaten Pasaman Barat tentunya akan terpikir tentang salah satu daerah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar). Namun dibalik itu menyembunyikan potensi keindahan alam yang sangat menakjubkan.
Selain memiliki Gunung Talamau yang menjadi gunung tertinggi di Sumatera Barat. Pasaman Barat memiliki keindahan alam tersembunyi dan menakjubkan yakni Danau Laut Tinggal.
Namun keindahan alam itu tidak banyak diketahui karena tidak dikelola dengan baik. Hal itu dikarenakan, lantaran belum dikelola dengan baik oleh dinas pariwisata di daerah tersebut, sehingga tidak begitu terekspos ke dunia luar.
Danau tersebut berada di Puncak Gunung Malintang diketinggian sekitar 1.900 Mdpl, yang berada di dalam kawasan Nagari (Desa) Sitobu, Kecamatan Gunung Tuleh, Kabupaten Pasaman Barat-Sumatera Barat.
Danau Laut Tinggal diapit oleh dua Gunung, yaitu Gunung Bendera dan Gunung Malintang serta dikelilingi oleh bukit-bukit. Berdiameter kurang lebih 3 kilometer, warna air danau yang hijau tosca akan membuat mata tak henti untuk memandangnya.
Keberadaan Danau Laut Tinggal yang eksotis ini belum banyak diketahui oleh para pendaki gunung dan penjelajah alam. Awalnya Danau berwarna hijau toska ini diunggah di sebuah video penelitian ekspeditor asal Jerman, Dr Renata Rabenstern dan Herwig Zahorka yang diunggah ke situs YouTube.
Selain itu, dipublikasikan melalui media internet oleh organisasi MAPALA beberapa universitas terkemuka di Sumatera Barat. Salah satu tim penggiat alam bebas mancanegara yang pernah mencicipi keindahannya adalah seorang pendaki profesional asal Ukraina, Mykhailo Pavliuk.
Menurut mitos berkembang, Danau yang berwarna hijau toska itu diberi nama Danau Laut Tinggal, karena air laut yang terjebak di pegunungan saat pembentukan bumi dulunya. Namun menurut kalangan penelitian dari informasi yang dirangkum dari beberapa para pendaki, Danau itu merupakan Danau Vulkanik.
Pasalnya, Danau itu mengandung Sulfur yang berbahaya bagi tubuh. Hal itu dikuatkan karena dikaki gunung ditemukan sumber mata air panas, yang diduga menandakan adanya aktivitas vulkanik didalam perut bumi di pegunungan itu.
Air Danau tersebut tidak dapat dikonsumsi karena rasa air tersebut tidak enak dan Phnya menurut Penelitian sangat rendah berkisar pH 2. Selain itu tidak ada hewan yang hidup di Danau tersebut, baik ikan maupun hewan lainnya.
Belum ada penelitian lebih lanjut apa yang menyebabkan tidak adanya hewan yang hidup di danau ini. Namun menurut pendapat beberapa orang pakar membenarkan bahwa danau ini merupakan danau vulkanik.
Akan tetapi, bagi para pendaki yang ingin berkemah di tepian danau ini jangan takut akan kesulitan persediaan sumber air bersih, karena di sekitar danau ada aliran air sungai kecil yang bermuara ke danau tersebut yang bisa diminum.
Bagaimana rute perjalanan menuju ke Danau berwarna toska itu? Untuk menuju Danau Laut Tinggal, para penjelajah alam harus menempuh perjalanan sekitar 4 jam perjalanan darat dari Kota Padang menuju daerah Simpang Empat yakni Ibu kota Kabupaten Pasaman Barat. Lalu dari Simpang Empat, perjalanan dilanjutkan menuju Nagari Paraman Ampalu Kecamatan Gunung Tuleh, dengan jarak tempuh selama satu jam dengan kendaraan bermotor.
Tujuan selanjutnya adalah Nagari Rabi Jonggor, yang hanya memakan waktu sekitar 40 menit. Sesampai di sini para pecinta alam bisa membeli segala keperluan logistik pendakian di Nagari Paraman Ampalu atau Nagari Rabi Jonggor.
Dari Nagari Rabi Jonggor, perjalanan dilanjutkan menuju Kampung Sitobu yang bisa ditempuh selama 20 menit dengan kendaraan. Namun untuk menuju Kampung Sitobu tidak bisa menggunakan kendaraan roda empat untuk sampai ke sana, mengingat akses jalan yang begitu sempit dan curam. Para pendaki hendaknya berjalan kaki atau menumpang ojek/membawa motor trail.
Sesampai nya di Kampung Sitobu ini, para pendaki harus meminta izin terlebih dahulu kepada masyarakat setempat untuk melakukan pendakian ke Danau Laut Tinggal. Sebab, belum ada pengelola resmi objek wisata alam ini.
Disarankan untuk para pendaki agar memakai jasa pemandu, jika belum mengetahui rute pendakian. Hal itu dikarenakan, jalur pendakian yang belum jelas, kecuali kita memiliki pemahaman navigasi alam bebas.
Lalu selanjutnya dari Kampung Sitobu perjalanan berjalan kaki menuju Danau Laut Tinggal diawali dengan trekking menyusuri ladang dan perbukitan. Sepanjang perjalanan para penjelajah alam akan disuguhi pemandangan hutan yang masih asri, serta ditemani alunan kicauan suara burung dan hewan yang bermain bebas di alam yang masih terawat keasriannya.
Dibutuhkan fisik yang kuat untuk menempuh perbukitan yang kadang menanjak, menurun serta melintasi beberapa sungai kecil. Setelah berjalan kaki selama 4 jam lebih, maka akan sampai di sebuah desa tua, yang hanya dihuni oleh satu kepala keluarga yang bernama Kampung Simpang Lolo.
Dari Kampung Simpang Lolo tujuan selanjutnya adalah Sosopan yang berjarak sekitar 6 kilometer, dengan menyusuri sungai Batang Kanaikan. Sebenarnya masih terdapat sebuah kampung yang bernama Aek Simariam dipinggir sungai Batang kanaikan ini, dikarenakan bencana banjir bandang membuat penduduknya dipindahkan ke Kampung Sitobu.
Daerah sosopan ini, merupakan suatu tempat yang jauh terpencil, di mana terdapat sebuah sumber mata air panas alami yang keluar dari perut bumi. Di sini terdapat sebuah pondok kecil yang bisa dimanfaatkan sebagi tempat peristirahatan jika kondisi sudah gelap.
Pendakian menuju Danau Laut Tinggal dimulai dari kawasan Sosopan ini dengan trek pendakian diawali dengan tanjakan yang lumayan menguras tenaga. Dijalur pendakian ini dipenuhi tumbuhan Rotan yang memiliki duri-duri tajam. Disamping itu banyak dijumpai musuh para pendaki, yakni hewan penghisap darah yang biasa disebut Pacet.
Setelah melakukan pendakian sekitar 6 sampai 7 jam, maka akan sampai dipuncak gunung yang masih tertutup rapat oleh pepohonan. Kemudian dilanjutkan menuruni lereng gunung yang cukup curam untuk menuju danau yang berada di bawah. Dari sini bisa terlihat samar-samar Danau Laut Tinggal.
Sumber : Tim Parimbo Minangkabau