KLIKPOSITIF — Tahun 2023 diprediksi akan menjadi tahun yang sangat menantang, banyak pakar ekonomi dan influencer ekonomi berteori akan terjadinya resesi pada tahun 2023.
Resesi seperti yang diketahui merupakan penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang terbesar di seluruh sektor perekonomian, resesi berlangsung lebih dari beberapa bulan, yang biasanya terlihat. Singkatnya resesi adalah PDB riil yang biasanya terjadi dalam satu tahun berjalan dan selama dua kuartal berturut-turut.
Resesi ekonomi pada tahun 2023 akan terjadi disebabkan oleh krisis ekonomi di seluruh negeri yang dipengaruhi oleh tingginya tingkat inflasi seperti dikutip dari CNBC.com.
Resesi ekonomi ditandai dengan melemahnya ekonomi global dan akan mengakibatkan perekonomian di seluruh negeri mengalami penurunan terhadap ekonomi domestik mereka. Resesi akan terjadi pada suatu negara jika negara tersebut bergantung pada perekonomian global.
Dalam suatu kesempatan Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, bahwa resesi ekonomi disebabkan oleh kebijakan bank sentral yang menaikan suku bunga acuan dengan sangat tinggi demi menahan lonjakan inflasi.
Namun apa yang sebenarnya menyebabkan perekonomian global saat ini menjadi resesi?. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satunya perang dagang dan krisis energi yang disebabkan konflik Rusia dan Ukraina.
Beberapa hal lain seperti banyaknya penggunaan cadangan devisa dalam sebuah negara untuk mengakomodir atau mensubsidi konsumsi rakyat tanpa perhitungan yang terukur.
Penggunaan cadangan devisa negara untuk mensubsidi kebutuhan pokok rakyatnya sering tidak dapat dihindarkan. Demi mempertahankan daya beli masyarakat, juga meningkatkan perputaran ekonomi negara.
Rakyat yang membelanjakan uangnya merupakan awal dari putaran ekonomi. Sebagai contoh, negara jepang yang rakyatnya memilih untuk tidak membelanjakan uangnya mengalami resesi yang memicu resesi pada tahun 1998.
Dimana saat itu Jepang yang berusaha menurunkan suku bunga Bank agar rakyatnya melakukan peminjaman dan melakukan usaha jual beli tetapi tidak meningkatkan konsumsi rakyat jepang saat itu, justru dimanfaatkan oleh Thailand yang notabene suku bunga pinjamannya lebih tinggi.
Saat perekonomian Jepang mulai turun dan pemerintah jepang mulai menaikkan suku bunga bank, menjadikan Thailand dan juga perusahaan-perusahaan yang meminjam uang dari Jepang kesulitan untuk membayar hutang.
Menanggapi hal tersebut, pemerintah mulai merencanakan menaikkan suku bunga secara perlahan dan beberapa kebijakan ekonomi lainnya, seperti mendatangkan investor dengan tujuan membuka lapangan kerja, mempertahankan hak Indonesia untuk tidak mengekspor nikel mentah ke eropa dan meminta pihak eropa untuk membuka pabrik pengolahan nikel di Indonesia yang bertujuan untuk menurunkan jumlah angka pengangguran di Indonesia.
Sebagai masyarakat apa yang mesti kita persiapkan dalam menghadapi Resesi 2023?. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan salah satu yang utama adalah meningkatkan kepekaan kita pada kebijakan ekonomi dan gejolak ekonomi global, kedua kita diharapkan bijak dalam mengelola kebutuhan dan keuangan, ketiga memetakan alokasi belanja yang efektif dan efesien. Dengan itu kita dapat sedikit mengurangi dampak resesi 2023.
Seperti yang diketahui dampak dari resesi itu sendiri adalah terjadinya penahan kapasitas produksi di sektor riil, dan membuat laju perekonomian melambat yang mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK). Dalam perspektif ekonomi yang mempengaruhi aspek kehidupan adalah Pembiayaan keuangan adalah salah satu senjata yang digunakan seseorang untuk bertahan hidup, melakukan pertukaran dengan kebutuhan yang dia butuhkan sehari-hari.
Dikutip dari CNN, Presiden Bank Dunia David Malpass, khawatir dengan perlambatan ekonomi di seluruh negara ini berlangsung lebih lama, Malpass mendesak seluruh negara untuk fokus meningkatkan produksi agar pasokan kembali melimpah dan bisa menahan lonjakan inflasi.
Penyebab Resesi
Beberapa negara memiliki waktu yang berbeda saat mengalami krisis keuangan sejak pertengahan tahun 1990an hingga tahun 2001. Krisis pertama kali terjadi di Meksiko pada tahun 1973 -1982. Krisis ini disebabkan dengan adanya permasalahan fiskal dan moneter (Kaminsky, 2003).
Flood dan Garber (1984) dan Krugman (2007) menyatakan bahwa krisis generasi pertama disebabkan oleh ketidakseimbangan kondisi makro ekonomi. Bukan hanya itu, krisis mata uang juga dapat terjadi karena adanya defisit anggaran pemerintah dan sistem nilai tukar tetap (Nezky, 2013).
Sementara itu krisis ekonomi Asia termasuk Indonesia menjadi negara yang cukup parah mengalami krisis atau bisa dibilang krisis moneter yang sempat menjatuhkan kepemimpinan presiden indonesia Soeharto yang telah menjabat selama 32 tahun.
Krisis di tahun1997/1998 berdampak terhadap nilai tukar rupiah. Turunnya nilai tukar rupiah dari Rp2.500 menjadi Rp 16.900 per dolar AS. Krisis ini juga membuat inflasi Indonesia melonjak hingga 77% sementara ekonomi terkontraksi 13,7% lebih.
Pada tahun yang sama juga terjadi coollaps di beberapa perusahaan lembaga keuangan internasional di tahun 1997 dan 1998 yang pada saat itu tampak dari beberapa perusahaan contohnya seperti Lehman Brothers, AIG, Fannie Mae, Freddie Mac pada tahun 2008.
Kondisi pada saat itu ternyata semakin memburuk, menyebar, bahkan berlangsung lebihlama karena tidak hanya dirasakan perekonomian Amerika tetapi juga dirasakan di berbagai dunia, baik itu di negara maju maupun negara berkembang, semuanya mengalami kebangkrutan serta jatuhnya harga harga saham.
Dampak Resesi
Krisis keuangan terjadi lagi pada tahun 2008-2009 yang mana penyebab dari resesi ini adalah terjadi di pertengahan 2007 pada perekonomian negara-negara maju, setelah pelonggaran regulasi dan pengawasan lembaga dan pasar keuangan, harga aset, berkembangnya kredit di berbagai negara, hingga ekspansi cepat di high-risk lending, khususnya di pasar perumahan Amerika Serikat.
Layanan keuangan global Lehman Brothers bankrut pada 2008. Kebangkrutannya turut memicu krisis makroekonomi dan keuangan. Akibat dari krisis 2008-2009 tersebut, ekonomi AS terkontraksi 0,34% pada 2008 dan 3,07% pada 2009. Pertumbuhan ekonomi global juga menurun menjadi 2,8% pada 2008 dari 5,42% pada 2007.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia
sendiri melambat menjadi 4,5% pada 2009 dari 6,1% pada 2008.
Pertumbuhan Indonesia pada 2009 menjadi yang tertinggi ketiga di dunia setelah China dan India. Indonesia bisa terhindari dari perlambatan ekonomi yang dalam karena struktur ekonomi banyak didorong permintaan domestik. Inflasi juga tercatat rendah 2,78%, terendah dalam satu dekade terakhir.
Rentetan kejadian ini memicu penurunan tajam harga aset dan krisis kredit, jatuhnya perdagangan global, dan resesi di sejumlah negara.
Namun, sejumlah negara berkembang, kecuali beberapa wilayah di Eropa dan Asia Tengah, justru dapat melewati resesi global 2009 dengan relatif baik. Kondisi ini salah satunya ditengarai oleh terbatasnya eksposur perekonomian di negara-negara ini terhadap pasar keuangan global.
Kesimpulan
Resesi ekonomi pada tahun 2023 akan terjadi disebabkan oleh krisis ekonomi diseluruh negeri yang dipengaruhi oleh tingginya tingkat inflasi dikutip dari CNBC.com, resesi ekonomi ditandai dengan melemahnya ekonomi global dan akan mengakibatkan perekonomian di seleruh negeri mengalami penurunan terhadap ekonomi domestik mereka.
Resesi akan terjadi pada suatu negara jika negara tersebut bergantung pada perekonomian global. Krisis pertama kali terjadi di Meksiko pada tahun 1973 -1982.
Krisis ini disebabkan dengan adanya permasalahan fiskal dan moneter (Kaminsky, 2003). Flood dan Garber (1984) dan Krugman (2007) menyatakan bahwa krisis generasi pertama disebabkan oleh ketidakseimbangan kondisi makro ekonomi.
Bukan hanya itu, krisis mata uang juga dapat terjadi karena adanya defisit anggaran pemerintah dan sistem nilai tukar tetap (Nezky, 2013).
Akibat dari krisis 2008-2009 tersebut, ekonomi AS terkontraksi 0,34% pada 2008 dan 3,07% pada 2009. Pertumbuhan ekonomi global juga menurun menjadi 2,8% pada 2008 dari 5,42% pada 2007. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri melambat menjadi 4,5% pada 2009 dari 6,1% pada 2008.
Pertumbuhan Indonesia pada 2009 menjadi yang tertinggi ketiga di dunia setelah China dan India. Namun, sejumlah negara berkembang, kecuali beberapa wilayah di Eropa dan Asia Tengah, justru dapat melewati resesi global 2009 dengan relatif baik.