Catatan KJ ke China: Prof Deng Rongjuan Disimak Profesor Werry, Saya Pura-pura Paham Saja

Oleh: Khairul Jasmi

Saya tak tahu, apa Profesor Werry Darta Taifur paham detail seluk-beluk pabrik semen, yang jelas saya tidak. Dan, mantan rektor Unand ini, seperti juga saya menyimak penjelasan dari Prof Deng Rongjuan. Ia diskusi mendalam dengan Dirut PT Semen Padang Indrieffouny Indra, seusai miting yang serius.

Saya serius juga, sebab jika tidak, banyak betul kalah saya. Diskusi pagi soal pabrik, mesin-mesin, bagian-bagian penting dalam pabrik semen itu, berlangsung pada pagi yang tenang, di sebuah ruangan kantor Sinoma, Tianjin, Tiongkok, Kamis (30/8/2024).

Prof. Deng memaparkan isi perut pabrik semen bersama ahli lainnya, Sun. Tentu saja Arif yang didampingi Iskandar Lubis, sangat paham pabrik semen. Ikut menyimak, Boy Aditya Prakarsa SVP of Project Management Office, Semen Indonesia.

Makin paham seseorang, kian perlu diskusi dengan orang yang juga paham. Dari sanalah akan lahir rekayasa enginering dan temuan-temuan yang bisa menggantikan hal lama. Riset hampir selalu diawali diskusi oleh pakar dan perenungan.

Pabrik dipermak

Di China banyak pabrik yang dipermak, salah satunya pabrik semen yang sudah berusia 20 tahun, yaitu China United Cement Corporation (CUCC) di Xuzhou, Qingzhou. Pabrik ini pada 2024 sudah berusia 20 tahun. Awalnya kapasitas terpasang 10 ribu ton/ hari naik menjadi 13 ribu ton/ hari, setelah dipermak.

Permak pabrik ini, dilakukan memang secara “ekstrim,” tapi tak ekstrim-ekstrim benar.

Rombongan Semen Padang dan Semen Indonesia yang berkunjung dua hari sebelumnya ke pabrik itu, mendapat penjelasan detail kenapa mesti pabrik itu dipermak.

Rombongan juga berkunjung ke pabrik lain yang lebih besar, BBMG Cement.

Yang juga menarik kunjungan ke Sinoma Technology & Equipment di Tianjin. Di sana tampak malang-melintang perkakas pabrik. Pembuatanny lebih banyak dilakukan robot. Beberapa bagian penting pabrik semen, ukuran besar yang akan dikirim ke Saudi ditarok di satu tempat.

Robot bekerja tanpa henti, juga pekerja. Seorang perempuanoperator crane atau derek jangkung, tampak bekerja serius. Roller ukuran besar untuk pabrik semen tersusun nyaris sepanjang bengkel perusahaan itu.

Kepandaian samacam ini, dalam skala berbeda dan bukan bisnis utama, telah dilakukan Semen Padang di bengkelnya. Ketika melihat pabriknya pabrik semen milik Sinoma, ternyata China bukan kaleng-kaleng lagi.

Mobil yang membawa kami merapat, Toyota. Tapi, saya ke toilet dulu dan mereknya American Standard. Di sini merek segala mobil Jepang ada, apalagi buatan China. Jalan-jalan penuh oleh kendaraan setir kiri tersebut. Motor juga.

Namun, merek toko, rumah makan semua aksara China. Penjelasan tertulis dalam presentasi di Sinoma juga. Merek-merek dagang pun begitu. Yang sama dengan Padang adalah makanan, persis sama enaknya.

Pertemuan dengan Prof Deng distop dulu, kami mau jumatan, diantar ke masjid tua, Tian Mu. Datang satu jam lebih cepat, makan dulu tak jauh dari sana. Saya pesan nasgor pakai telur dadar, ternyata porsi sepiring di sini, bisa untuk 3 orang. Tapi, karena sudah lama tak santap nasi, tak lama juga, hanya beberapa hari saja, maka habis setengah porsi oleh saya. Nikmatnya tak terbada. (*)

Exit mobile version