LIMA PULUH KOTA, KLIKPOSITIF – Bicara masalah menhir di Sumbar, khususnya di Kabupaten Lima Puluh Kota, pasti banyak yang mengarah ke Nagari Maek, Kecamatan Bukik Barisan. Memang, nagari yang dikenal dengan julukan 'Nagari Seribu Menhir' menyimpan banyak menhir yang diduga berusia antara 2.000 hingga 6.000 tahun.
Meski banyak ditemui menhir di Nagari Maek, namun ternyata sebagian besar menhir itu panjangnya hanya di bawah 4 meter. Menhir terpanjang justru berada di nagari dan kecamatan lain, yakni di Jorong Tanah Longiah Nagari Sungai Rimbang Kecamatan Suliki.
Dari hasil pengukuran yang dilakukan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumbar pada 2017 yang lalu, diketahui jika menhir itu tingginya mencapai 4,8 meter dari atas permukaan tanah. Lebarnya mencapai 70 hingga 90 sentimeter, dengan ketebalan 70 sampai 80 sentimeter.
Kepala BPCB Sumbar, Nurmatias ketika dikonfirmasi pada Kamis 25 Juni 2020 memastikan jika menhir di Nagari Sungai Rimbang ini merupakan menhir yang terpanjang dan terbesar di Sumbar.
Sama seperti menhir di Nagari Maek, menhir di Nagari Sungai Rimbang ini menghadap ke Gunung Sago. Tidak ada yang tahu, apa alasan di balik arah itu.
Dari hasil pengamatan klikpositif, menhir itu tampak berdiri kokoh di sebuah bukit kecil di tanah kosong milik warga setempat. Tidak ada yang tahu, berapa kedalaman menhir itu menancap dalam tanah. Namun warga sekitar menduga panjang 4,8 meter dari atas permukaan tanah ini juga sama dengan yang di dalam tanah, sehingga kalau ditotalkan panjangnya diduga lebih dari 9 meter.
Menhir ini juga tampak polos tanpa ada hiasan atau tulisan-tulisan. Hanya saja ada ditemukan lubang kecil di pinggang menhir tersebut.
Selain itu, juga ditemui 4 menhir lainnya, diantaranya satu menhir berdiri tegak dan tiga lainnya dengan posisi rebah, yang semuanya berukuran lebih kecil yang panjangnya hanya mencapai 150 hingga 180 sentimeter dengan lebar 45 sampai 67 sentimeter dan ketebalan 30 hingga 50 sentimeter.
Isep, yang merupakan pemilik tanah tersebut mengaku tidak mengetahui banyak tentang menhir yang ada di lokasi tanahnya.
“Batu (menhir) itu sudah ada dari zaman dulunya. Tapi nenek moyang kami tidak pernah tahu semenjak kapan batu itu ada di sana, siapa yang menanamnya dan apa fungsinya,” sebut Isep.
Menurut Isep, di sekitar bukit kecil batu tersebut sengaja dibiarkan dan tidak digunakan untuk perkebunan, karena di lokasi tersebut menurutnya ada beberapa kuburan yang tidak diketahui asal usulnya.
“Kami juga tidak pernah tahu itu kuburan siapa dan semenjak kapan adanya. Kami tahunya ada kuburan dari cerita-cerita orang dulu. Saya sangat setuju menhir itu dijadikan tempat wisata, tapi harus dipagar dulu, termasuk kuburannya juga harus dipagar. Kasihan kan kalau diinjak pengunjung?,” ucap Isep.
Saat ini, lokasi sekitar menhir itu masih diselimuti semak belukar. Sama sekali tidak ditemukan adanya tanda-tanda adanya kuburan di kawasan tersebut.
Ketua Karang Taruna Nagari Sungai Rimbang, Meggy Detra Putra mengungkapkan, sulit mencari kuburan tersebut karena sudah rata dengan tanah. Tapi ketika melacaknya saat pembersihan pada 2017 lalu, Meggy mengaku menemukan sekitar 8 kuburan di kawasan tersebut.
“Menhir ini sudah lama diketahui warga. Namun baru kami ekspos di Facebook pada 2017 yang lalu. Semenjak diposting itu, dari BPCB sudah beberapa kali datang ke sini, begitu juga dari kalangan dosen dan mahasiswa sudah ada yang datang ke sini untuk meneliti,” kata Meggy.
Menurut Meggy, dalam tiga atau empat bulan sekali dilakukan gotong royong untuk pembersihan sekitar menhir tersebut. Pihak nagari juga sudah punya rencana untuk membuat pagar dan plang nama menhir tersebut. Hanya saja rencana tersebut belum terwujud hingga saat ini.
Untuk sampai ke tempat ini, harus menempuh tanjakan yang cukup tajam yang panjangya hampir mencapai satu kilometer. Setelah itu akan melintasi jalan setapak sejauh 60 meter yang hanya bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua. Menhir tersebut berjarak sekitar 30 meter dari parkiran jalan setapak.
“Di tempat lainnya, tapi masih di Jorong Longiah Sungai Rimbang ini, juga ada ditemukan beberapa menhir lainnya. Tapi ukurannya tidak sepanjang dan sebesar di tanah pak Isep ini,” pungkas Meggy.
Perlu diketahui, menhir merupakan batu besar tunggal yang berasal dari budaya megalitik. Pada umumnya, menhir ditancapkan dalam posisi tegak, namun demikian ada pula yang rebah.
BPCB Sumbar merilis, dalam beberapa penelitian sebelumnya, menhir yang ada di Lima Puluh Kota memiliki dua fungsi, yakni tanda kubur dan sarana pemujaan. Dari hasil observasi lapangan BPCB Sumbar, dugaan sementara menhir di Sungai Rimbang ini adalah bagian dari tanda kubur masa prasejarah.
Keberadaan menhir di Nagari Sungai Rimbang ini membuktikan jika dulunya terdapat peradaban kuno di tempat ini, dan saat ini bisa dijadikan objek pembelajaran untuk memperkenalkan keberadaan benda dan lokasi bersejarah dan tentunya bisa dijadikan objek wisata sejarah.