Budaya Merantau, Dimana Ada Kehidupan Disitu Ada Orang Minang

Nasrul Abit mengatakan budaya merantau orang Minangkabau sudah ada sejak zaman dulu kala dan ini juga pengembangan diri orang minang dalam pemekaran wilayah ke daerah lain

Ilustrasi merantau

Ilustrasi merantau (Istimewa)

Klikpositif Supernova Honda (3000 x 1000 piksel)

PADANG, KLIKPOSITIF – Budaya merantau bagi orang minang merupakan sebuah pertarungan hidup ingin mengubah nasib. Apakah itu mencari ilmu pengetahuan, berdakwah dan mencari reski.

Hal ini disampaikan Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit dalam penyampaikannya acara Halal bi Halal via zoom Video Confrence bersama tokoh-tokoh minang Jakarta, luar negeri dan Diaspora dengan tema budaya merantau dan pelestarian adat, di ruang kerja wagub, Kamis, (25/6).

Nasrul Abit mengatakan budaya merantau orang Minangkabau sudah ada sejak zaman dulu kala dan ini juga pengembangan diri orang minang dalam pemekaran wilayah ke daerah lain.

“Di Sumbar ada namanya Luhak Nan Tigo yaitu, Agam, Tanah Datar dan Limapuluh Kota, perpindahan masyarakat minang ini juga ke Pesisir Selatan dan bahkan ada berpindah ke luar negri seperti Malaysia dan tentu budaya-budaya ini sudah menyembangkan diri disebut daerah rantau” ungkap Nasrul Abit.

Nasrul Abit juga katakan merantau sebuah motivasi diri bagi masyarakat minang untuk mampu mengembangkan diri sebaik mungkin melihat peluang perkembangan zaman.

“Ada pepatah minang yang kental, ka ratau madang di hulu, ba buah ba bungo balun, marantau bujang dahulu, di kampuang baguno balun. Sebuah pesan yang memberikan makna untuk belajar mengasah diri sebanyak-banyak jika perlu merantau ke negeri orang,” ungkapnya.

Selain itu Nasrul juga menjelas terkait dengan fungsi kelestarian kedepan adalah fungsi surau harus diaktifkan kembali dengan harapan kembalinya Perda kembali ke Nagari no.9 tahun 2000, bagaimana pemerintahan nagari dan kembali ke surau dapat difungsikan kembali.

“Dimana dalam budaya minang mengembleng generasi muda laki-laki mesti kesurau karena disurau guna dipelajari agama, masalah akidah, budi pekerti, sopan santun, adat istiadat dan budaya sebagai karakter jatidiri serta belaiar bersilat sebagai bekal diri untuk bertahan hidup,” katanya.

Selain itu Wakil Gubernur Nasrul Abit juga mengatakan bukan hanya mengaji saja adat nagari bisa difungsikan tetapi seperti budaya tari, pencak silat untuk persiapan hendak pergi merantau dan ada juga kesenian-kesenian lainnya. “Untuk itu fungsi Nagari perlu kita hidupkan kembali dalam rangka melestrikan adat budaya Minangkabau,” ujar Wagub.

Lebih lanjut Wagub Nasrul Abit juga menyebutkan terkait dengan bahasa minang mari sama-sama bertanggung jawab untuk melestarikan bahasa Minang dari kampung halaman hingga keperantauan.

“Jadi budaya merantau ini perlu kita persiapkan untuk kedepan dan pelestarian adat, kita mulai kembali kesurau dan betul-betul intruksi surau diminta bawa orang tua dirantau mengajar anak-anak berbahasa minang atau berbahasa minang dalam lingkungan keluarga sehingga menjadi kebiasaan juga bagi anak-anak kita walau tinggal diluar negeri dan didaerah lainnya. Harapanya generasi minang mesti memahami agar mudah memperlajari budaya dan adat istiadat jatidirinya, ” harap Nasrul Abit.

Tokoh Minangkabau Gamawan Fauzi menyampaikan, bagaimana pemerintah daerah eksekutif dan legislatif melakukan setiap kebijakan pembangunan daerah terus mengawasi dan melakukan evaluasi secara berkesinambungan.

“Selama ini kita melihat ganti kepala daerah berganti pulo programnya, sehingga hasil yang didapat dalam kemajuan daerah tidak maksimal. Kita telah memiliki asrama mahasiswa di Mesir dengan program beasiswa 50 mahasiswa belajar ke Mesir. Hari ini kelihatan kurang berjalan baik. Padahal dari program ini kita berharap akan banyak lahir para ulama besar untuk memajukan pembangunan di Sumatera Barat,” ungkapnya.

Gamawan juga mengatakan merantau bagi orang minang merupakan karakter dan kebiasaan budaya dimana orang minang itu hidup berdinamika mengikuti perkembangan zaman.

“Jika kata pak Jusuf Kalla orang Sulawesi tidak takut mati, maka orang minang itu sosok yang tak takut hidup. Dimana ada kehidupan orang minang selalu ada di sana, hal ini juga kita diperbatasan negara manapun hampir selalu ada orang minang punya hidup disana,” ujarnya.

Sementara sesepuh minang Azwar Anas juga menyampaikan bahwa guru dan orang tuanya dari dahulu mengajarkan dan menanamkan rasa sebagai orang minang itu mesti miliki paham rasa imannya.

“Pertama rasa iman tahu bahwa Allah SWT itu benar, Kedua ada umat kekuatan Al Quran dan Sunnah Nabi, ketiga setiap ada masalah selalu tawakal kepada Allah, keempat dirikan salat dengan benar dan khusuk,” katanya.

Azwar Anas juga mengatakan, dalam menjalani kehidupan orang minang itu, mampu hidup menyukuri apa yang ada, kedua keluarkan harta berupa zakat dan sedekah dan ketiga berbagi ilmu dan pengetahuan yang didapat kepada orang lain sebagai amalan ibadah memberikan kebaikan hidup. (*)

Exit mobile version