SOLOK, KLIKPOSITIF – Berawal dari belajar secara otodidak membuat desain baju saat kuliah, anak muda asal Solok, Alfariqi Analdi berhasil mengembangkan usaha distro kaos sendiri.
Kamuniang.Com, begitu nama distro yang kini hadir di kelurahan VI Suku, Kota Solok.
Usaha yang digeluti oleh alumni Teknologi Informasi Unikom Bandung itu sebetulnya sudah berjalan sejak tahun 2009 lalu dengan mengusung brand 'Karambia', dan bergerak dengan mengangkat kaos bertemakan kata unik dan budaya Minangkabau.
“Mulai usaha distronya sudah sejak tahun 2009 dulu, waktu itu namanya Karambie,” ungkap pria yang merupakan lulusan SMA Muhamadiyah Padang Panjang itu saat berbincang dengan Klikpositif, Kamis 25 Februari 2021.
Sejak tahun 2016, Pria yang akrab disapa Riqi itu memulai mengembangkan brand sendiri dengan nama Kamuniang, sedikit berbeda dengan Karambia, Kamuniang lebih mengusung tema kata unik dan kearifan lokal Solok.
Baginya, Solok sebagai tanah kelahiran juga memiliki budaya dan istilah unik yang juga perlu dilestarikan. Rifqi masih menyimpan desain pertamanya sejak mendirikan Kamuniang.
Kaos merah dengan tulisan “Oto Kobar, Indak Paralu Kancang, Nan Paralu Sampai” ditambah gambar mobil angkutan Kota atau yang lebih dikenal dengan mobil Kotobaru (Kobar) itu masih disimpan dan dipajangnya diantara deretan kaos lain yang di desainnya.
Seiring dengan berjalannya waktu, usaha yang digelutinya terus berkembang. Awalnya sablon yang digunakan masih sablon sistim manual, kemudian beranjak ke sablon digital.
“Dulu, pakai manual, dan minimal pemesanan 24 helai, sementara dengan sablon digital, minimal pemesanan bisa satu helai baju, desainnya terserah pelanggan dan bisa ditunggu,” katanya.
Untuk satu helai baju dengan sablon digital, Kamuniang mematok harga terendah mulai dari Rp.65 ribu, tergantung desain dan gambar yang digunakan. Sementara untuk manual, mulai dari harga Rp.75 ribu.
“Kalau desainnya sedikit rumit harganya juga naik sedikit, tapi kalau simpel seperti hanya tulisan saja, tentu lebih murah,” jelasnya.
Usaha yang digeluti ayah 2 anak itu tidak selalu berjalan mulus, banyak suka dan dukanya. Terkadang, ada pesanan baju yang sudah dibuatkan tapi tidak diambil oleh pelanggan.
“Suka dukanya banyak, tapi, kami senang bisa membantu masyarakat untuk bisa memiliki kaos dengan merek serta gambar sendiri, itu kepuasannya, disamping menjalankan bisnis,” tuturnya.
Pemasaran kaos hasil produksi Kamuniang juga tidak hanya dalam daerah, tapi pesanan sampai ke berbagai provinsi seperti Makasar, Jambi dan daerah lainnya di Indonesia.
Terdampak Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia dan Sumatra Barat khususnya juga sangat dirasakan dampaknya oleh Alfariqi, omset Kamuniang turun hingga 70 persen.
Omset yang didapatkan dari penjualan kaos distro miliknya sebelum masa pandemi bisa mencapai 60-70 juta rupiah per bulan, namun sejak pandemi paling tinggi di angka 10 juta rupiah sudah susah.
Salah satu penyebabnya, sebut Riqi, Pesanan kaos atau T-shirt yang biasanya dipesan dalam partai besar untuk kegiatan family gathering, maupun kegiatan pemerintah daerah dan organisasi hampir dikatakan sudah sangat sedikit.
“Kegiatan-kegiatan seperti itu biasanya yang menaikkan omset kami setiap bulan, tapi sekarang sudah jarang lantaran sudah dibatasinya kegiatan keramaian,” keluhnya.
Kendati demikian, Riqi tak habis akal. Dirinya memang sedari awal usaha lebih banyak melakukan pemasaran secara online. Setidaknya, pesanan tetap datang kendati ditengah Pandemi.
“Alhamdulillah, sekarang pesanan masih tetap masuk dari perorangan dan organisasi yang ingin membuat kaos custom,” cetusnya.
Dirinya juga cukup optimis, kondisi pandemi akan segera pulih dengan telah dilakukannya proses vaksinasi. Harapannya, ekonomi kembali segera pulih sehingga usaha mikro kecil menengah kembali bangkit.
“Harapannya ya agar pandemi ini segera berakhir dan ekonomi masyarakat kembali pulih total sehingga UMKM juga kembali menggeliat,” tutupnya.