PADANG, KLIKPOSITIF – Wakil Gubernur Sumatera Barat, Audy Joinaldy optimis pertumbuhan ekonomi Sumbar tahun 2022 mencapai angka 5 persen.
Audy mengaku Pemerintah Provinsi Sumatera Barat telah menyiapkan strategi mengejar pertumbuhan ekonomi. Saat ini Pemprov Sumbar telah menaikkan anggaran APBD untuk mendorong hilirisasi pertanian. Dengan begitu produksi pertanian baik ekspor maupun domestic selling diharapkan meningkat.
Demikian juga dengan pengembangan pariwisata, maupun bisinis. Ia mengatakan length of stay wisatawan, didukung event-event pariwisata Visit Sumbar 2023 dan investasi murni di sektor bisnis merupakan kunci mengejar pertumbuhan ekonomi.
“Mengejar pertumbuhan ekonomi, kita butuh banyak uang beredar di Sumbar, kita kuatkan hilirisasi agriculture, sektor pariwisata dan juga bisnis,” kata Audy didampingi Sekdaprov Hansastri, menggelar rapat khusus evaluasi pertumbuhan ekonomi sekaligus proyeksi perekonomian tahun 2022 bersama Bank Indonesia dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemprov Sumbar di Kantor Gubernur, Selasa (18/1).
Tak hanya itu, di samping strategi pertumbuhan ekonomi, Audy juga berpesan agar semua kepala OPD mampu menjaga optimisme warga. Masyarakat harus mengetahui program-program pemerintah.
“Optimisme harus kita jaga, dan masyarakat harus tahu apa-apa saja program pemerintah, kemudian kita cocokan dengan prediksi pertumbuhan ekonomi dari Bank Indonesia,” tutup Audy.
Pertemuan dilakukan sebagai titik tolak agar arah kebijakan ekonomi yang diambil ke depan lebih efektif dan tepat sasaran. Kegiatan dihadiri oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Barat, Wahyu Purnama.
Pada kesempatan itu, Wahyu mengatakan optimis capaian pertumbuhan ekonomi dapat tumbuh 4-5 persen pada tahun 2022. Hal ini sejalan dengan tren perbaikan ekonomi global dan ekonomi nasional seiring dengan percepatan vaksinasi Covid-19.
Wahyu menyampaikan, saat ini vaksinasi dan kebijakan Pemda dalam pemberlakuan protokol kesehatan merupakan salah satu faktor pendorong yang penting bagi normalisasi aktivitas ekonomi. Di samping adanya stimulus fiskal terkait perlindungan sosial, insentif pajak, subsidi listrik dan dukungan pemerintah terhadap UMKM.
Meski demikian, ia menyampaikan bahwa prediksi pertumbuhan ekonomi ke depan masih mungkin direvisi mengingat masih adanya resiko varian baru Covid-19, sehingga perkembangan tidak sesuai harapan.
“Tahun 2020-2021 perekonomian memang tidak mudah untuk diprediksi karena adanya shock-shock yang menyebabkan perkembangan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Harapan kita di tahun 2022 tidak terjadi lagi,” ujar Wahyu.
Lebih lanjut ia menjelaskan, bahwa sektor pertanian dan perdagangan masih menjadi penggerak utama perekonomian dengan persentase pangsa sebesar 22.04 persen dan 17.77 persen, disusul sektor transportasi, konstruksi, serta industri pengolahan.
Wahyu juga mengingatkan semakin maraknya alih fungsi lahan dewasa ini, berdampak pada berkurangnya produksi pertanian, sehingga sektor ini harus mengembangkan hilirisasi dan eksport untuk dapat terus meningkatkan produktivitas.