LIMA PULUH KOTA, KLIKPOSITIF- Ketua Program Studi Informatika Universitas Bakrie, Prof Hoga Saragih menjabarkan ciri generasi alpha, antara lain hidup dengan teknologi serta generasi paling berpengaruh di masa depan.
“Teknologi yang telah maju semakin pesat membawa keuntungan bagi anak generasi alpha. Situasi ini menggiring mereka untuk mampu belajar dari berbagai sumber, kritis, serta generasi paling terdidik,” ujar Prof Hoga dalam webinar Literasi Digital yang digelar Kemenkominfo di Kabupaten Lima Puluh Kota, beberapa waktu lalu.
Cara mendidik anak generasi alpha, kata Prof Hoga, diantaranya menyadari berbagai hal, baik positif atau negatif yang akan dihadapi.
“Perhatikan perkembangan anak melalui perilaku mereka sehari-hari, menjadi role model yang baik untuk anak, serta memiliki gaya parenting yang baik,” jelasnya.
Narasumber lain pada webinar itu, Praktisi TIK yang juga Wakil Ketua III STMIK Primakara, I Putu Gede Krisna menjelaskan spam sebagai salah satu bahaya yang seringkali dihadapi generasi aplha di internet.
Putu menyebut spam adalah tindakan mengirimkan email atau pesan berisi konten iklan yang tidak diinginkan dengan tujuan komersial, non-komersial atau berbahaya bagi penerima.
“Cara menanggulangi spam, jangan membalas email orang tak dikenal, jangan memamerkan email pribadi di blog, website, atau media sosial, buatlah email lebih dari satu, serta gunakan software anti spam,” katanya.
Tenaga Pengajar Jurusan Pendidikan IPA UNP, Rani Oktavia menyebut literasi digital dapat meningkatkan kemampuan pendidik dalam memanfaatkan media baru untuk kualitas pendidikan yang lebih baik.
“Pentingnya literasi digital bagi anak didik meliputi, belajar lebih capat, menghemat waktu, selalu memperoleh informasi terkini, serta memperluas jaringan. Contoh kegiatan literasi digital di sekolah ialah kelas virtual dan pengarsipan digital,” katanya.
Dosen UPI YPTK Padang, Yohan Fitriadi menjelaskan prinsip etika bermedia sosial, antara lain konten tidak mengandung kejahatan, konten yang diunggah sudah mendapatkan persetujuan pemilik, bermanfaat, serta konten yang diberikan benar dan tidak mengandung hoax.
“Hal yang tidak boleh dilakukan di media sosial, meliputi memulai konflik, curhat masalah pribadi, mengejek orang lain, berbagi foto asusila, serta bersikap tidak sopan,” katanya.
Webinar diakhiri oleh Micro Influencer berpengikut 33,9 ribu di media sosial, Revika Averamita Gunawan yang menyimpulkan hasil webinar dari para narasumber. (*)