Anak-Anak Juga Bisa Terkena GERD, Ini yang Orang Tua Perlu Ketahui

Umumnya, bayi usia di bawah 2 tahun (12-14 bulan) sering mengalami GER. Anak remaja usia 2-19 tahun juga bisa mengalami GER, tetapi kondisi ini tidak selalu berakhir menjadi GERD

ilustrasi

ilustrasi (net)

Klikpositif Supernova Honda (3000 x 1000 piksel)

KLIKPOSITIF – GERD atau kondisi ganguan pada sistem pencernaan ternyata juga bisa terjadi pada anak-anak. Gastroesophageal reflux disease (GERD) tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi bisa juga dialami anak-anak.

GERD adalah penyakit sistem pencernaan yang membuat asam lambung mengalir naik menuju kerongkongan. Dilansir dari John Hopkins Medicine, GERD atau refluks asam lambung adalah gangguan pencernaan kronis ketika isi perut naik kembali ke kerongkongan.

GERD adalah bentuk gastroesophageal reflux (GER) yang lebih serius dan berjalan lebih lama. Umumnya, bayi usia di bawah 2 tahun (12-14 bulan) sering mengalami GER. Anak remaja usia 2-19 tahun juga bisa mengalami GER, tetapi kondisi ini tidak selalu berakhir menjadi GERD.

GER bisa berubah menjadi GERD ketika bayi mengalami mual dan muntah, batuk, sampai masalah pada pernapasan, bayi mengalami GER saat berusia lebih dari 14 bulan, mengalami GER lebih dari 2 minggu dalam satu bulan. Pada umumnya gejala GERD pada si kecil tidak jauh berbeda dengan orang dewasa. Mengutip Boston Children Hospital, gejala GERD pada anak yaitu:

-sensasi terbakar di dada, leher, dan tenggorokan selama 2 jam bahkan memburuk setelah makan dan berbaring,

-sering cegukan,

-bersendawa,

-bayi gumoh dan muntah terutama setelah makan,

-asam lambung naik ke belakang tenggorokan,

-bau mulut atau lidah terasa asam,

-sering batuk terutama saat malam hari,

-muntah-muntah,

-berat badan susah naik,

-perdarahan pada gastrointestinal (saluran pencernaan).

Bila anak tidak mengalami masalah pada saluran pernapasan, ia tidak memerlukan perawatan dan bisa sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi, orangtua perlu membawa anaknya ke dokter bila mengalami beberapa kondisi di bawah ini:

-muntah sampai pertumbuhan terganggu,

-rasa nyeri yang mengganggu aktivitas sehari-hari,

-komplikasi refluks seperti luka di kerongkongan,

-mengalami masalah pernapasan.

Bila si kecil mengalami hal tersebut, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat sesuai kondisi.

GERD bisa terjadi karena kondisi kesehatan memengaruhi cara kerja sfingter atau katup esofagus, yakni di bagian bawah kerongkongan (LES). LES adalah otot bagian bawah kerongkongan yang bisa terbuka agar makanan bisa masuk ke perut. Ketika LES terlalu sering terbuka, asam lambung bisa naik ke kerongkongan.

Proses tersebut bisa menyebabkan mulas dan muntah. Pada umumnya, setiap orang pasti pernah mengalami refluks. Kalau pernah bersendawa dan ada rasa asam di mulut, itu adalah refluks. Anak-anak yang merasakan refluks akan mengeluhkan rasa tidak enak di mulut. Anak bayi cenderung memiliki refleks LES yang lemah sehingga tetap rileks ketika harus menutup.

Ketika mencerna makanan atau susu, LES akan terbuka dan ini membuat isi lambung naik kembali ke kerongkongan. Nah, saat isi lambung naik ke kerongkongan, anak akan muntah. Akan tetapi, pada sebagian kasus, isi lambung bayi hanya naik ke esofagus. Kondisi tersebut menyebabkan GERD atau masalah pada pernapasan.

Ada jenis makanan yang memengaruhi pergerakan otot LES dan bisa membuat otot tersebut terbuka lebih lama. Jenis makanan yang memicu kondisi tersebut adalah: cokelat, makanan berlemak, dan permen. Sementara itu, makanan yang bisa meningkatkan kadar asam dalam perut adalah jeruk dan tomat.

Exit mobile version