PADANG, KLIKPOSITIF – Mayor Inf Alzaki membuat publik bangga atas keberhasilannya meraih penghargaan The Simon Center Interagency Writing Award dari US Army Command and General Staff Collage (CGSC) pada 14 Juni 2019 kemarin.
Bahkan bersamaan dengan itu, putra Minang peraih Adhi Makayasa tahun 2004 ini juga berhasil mendapatkan gelar Diploma dan penghargaan International Badge dari sekolah pascasarjana untuk perwira militer internastional tersebut.
Atase Angkatan Darat Republik Indonesia (RI) di Washington DC, Kolonel Inf Hendri, dalam rilis tertulisnya yang disadur klikpositif.com dari laman tniad.mil.id, Senin, 17 Juli 2019, mengatakan bahwa Mayor Inf Alzaki merupakan siswa Indonesia ke-142 yang menerima International Badge dari CGSC, dan tentunya TNI bangga atas keberhasilannya.
Apalagi, katanya melanjutkan, Award yang diraih Alzaki dari GCSC, juga menjadi sejarah tersendiri bagi Indonesia di pentas International, karena namanya juga diukir di Wall Of Fame (WOF) US Army CGSC. “Alzaki telah menunjukkan kualitasnya sebagai siswa Indonesia yang brilian,” katanya.
“Alzaki juga merupakan Perwira TNI AD pertama yang namanya tercatat di WOF US Army CGSC. Karya tulisnya tentang Strategi Pengembangan Kekuatan Pertahanan Siber memperoleh penghargaan terbaik dari The Simon Centre,” imbuh perwira menegah TNI AD lulusan Akmil 1997 itu memuji Alzaki.
The Simon Centre menurut Hendri, merupakan lembaga di US Army CGSC yang melaksanakan riset strategis pertahanan. Alzaki adalah perwira non-AS pertama yang meraih penghargaan tersebut. Saat ini, Indonesia telah mencatatkan nama putra-putra terbaiknya di US Army CGSC. Bahkan enam orang diantaranya, dicatat di International Hall Of Fame (IHOF).
IHOF, jelasnya, merupakan penghargaan untuk lulusan CGSC yang berhasil meraih bintang empat, atau mencapai jabatan kepala negara atau setingkat. Enam orang Perwira TNI AD yang dicatat di IHOF adalah Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani (1956), Jenderal (Purn) Surono Rekosodiemedjo (1958), Mayjen Mohammad K. Anwar (1969), Jenderal (Purn) Widodo (1963), Jenderal Raden Hartono (1976) dan terakhir kali pada tahun 1991, adalah mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
“Jadi, karena Alzaki masih berpangkat Perwira Menengah (Pamen), maka belum masuk dalam IHOF. Nama Alzaki hanya tercatat di Wall Of Fame sebagai peraih The Simon Center Interagency Writing Award,” terang Hendri.
Selain SBY, lanjutnya, lulusan US Army CGSC yang menjadi kepala negara adalah Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong (kelas 1978), Presiden Ruanda Paul Kagame, dan Raja Bahrein Hamad bin Isa Al Khalifa.
“Dalam waktu satu tahun terakhir, ada empat alumni CGSC dianugerahi jabatan tertinggi militer di negaranya, diantaranya panglima tentara Argentina, India, Uni Emirat Arab, dan salah satu negara di Afrika,” imbuhnya.
Lebih lanjut Hendri mengatakan, pada tahun 2019 ini, CGSC telah mewisuda 1.100 siswa perwira menengah dari militer Amerika Serikat (Darat, Laut, Udara, dan Marinir), termasuk diantaranya 110 siswa mancanegara yang mewakili 87 negara dan 26 pegawai sipil pemerintahan.
Terpisah, Paban II Bindik Spersad, Kolonel Inf Agus Saepul S. Sos., M.M., mengatakan, selain Mayor Inf Alzaki, perwira TNI AD yang selesai mengikuti pendidikan Sesko di US Army CGSC yaitu Mayor Arm Delli Yudha Adi Nurcahyo dan Mayor Inf Paulus Pandjaitan.
“Mayor Alzaki dan kawan-kawan telah melaksanakan pendidikan dengan meraih prestasi yang sangat baik dan membanggakan Indonesia, khususnya TNI AD. Selama pendidikan di CGSC, Alzaki juga meraih dua gelar akademik yaitu program The Master of Military Art and Science (MMAS) dari United States Army University dan Program Master Bussines of Administration (MBA) dari Webster University,” katanya.
Penjual Asongan
Mayor Inf Alzaki adalah siswa Indonesia ke-142 menerima International Badge dari CGSC, dan merupakan perwira menegah Kopassus yang juga peraih Tri Sakti Wiratama. Sebelum menjadi TNI, Alzaki di masa kecilnya sempat berjualan asongan, dan hal itu dilakukannya untuk membantu meringankan beban orangtuanya.
“Ketika itu masih SD, karena kondisi orangtua yang hidup pas-pasan, dan sebagai anak pertama, saya terdorong membantu hanya dengan cara itu. Kemudian saya juga membantu usaha bengkel keluarga,” kata Alzaki mengurai masa kecilnya saat diundang ke Dinas Penerangan Angkatan Darat (Dispenad), Jakarta, Kamis, (27/6/2019).
Diawal mulai mengasong, lanjut Alzaki, orangtua melarang dan meminta agar dirinya fokus belajar. Namun olehnya, pemintaan itu dijadikan cambuk untuk semakin tekun belajar, sehingga dapat tetap bekerja membantu keluarganya.
“Saya waktu kecil selalu menjadi juara 1 di SD maupun SMP dan menjadi siswa teladan di daerah. Kedua orangtua tidak melarang ataupun meminta saya berjualan maupun bekerja di bengkel, namun beliau ingin anak-anaknya dapat belajar dengan baik dan berprestasi,” ujarnya.
Karena keinginan orangtua, Alzaki mengaku bahwa dirinya semakin terdorong untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya, termasuk mewujudkan keinginannya menjadi anggota TNI yang sedari kecil sudah ia impikan.
“Selain bapak dan ibu, yang menjadi figur kekaguman saya ketika itu adalah sosok Babinsa Kodim 0308/Pariaman yang dalam kesehariannya begitu tulus membantu masyarakat. Dari kekaguman itu lah juga yang mendorong saya ingin jadi TNI,” ungkap Alzaki kala ditanyakan tentang figur panutannya ketika masih kecil.
Waktu terus berlalu, keinginannya untuk menjadi anggota TNI terus terpatri dan semakin memacu untuk tekun belajar serta mempersiapkan dirinya untuk masuk Akademi TNI melalui jalur SMA Taruna Nusantara pada tahun 1998.
“Waktu itu, saya dapat informasi dari anaknya teman Ibu yang lebih dahulu masuk SMA Taruna Nusatantara. Katanya, selain lulusannya banyak yang menjadi Taruna (Akademi TNI) dan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun di Luar Negeri, juga selama sekolah mendapat beasiswa,” ujarnya.
Selain pola pendidikan yang ketat, SMA Taruna Nusantara tidak hanya belajar akademik saja, namun juga digembleng kedisiplinan, mental, kepribadian dan jasmani serta kemandirian, dan baginya itu membuat dirinya lebih siap dalam mengikuti test masuk Akmil ketika sudah lulus SMA Taruna Nusantara.
Awal di SMA Taruna Nusantara, Alzaki mengaku dirinya mengalami culture shock, sehingga pretasinya tidak begitu membanggakan, karena ketika itu usianya masih 16 tahun, dan jauh dari keluarga. Namun setelah itu, dirinya mencoba mengatur kembali cara belajar agar lebih baik.
“Selama menjadi siswa SMA Taruna Nusantara, keinginan untuk menjadi TNI pun semakin tinggi, apalagi melihat sosok Taruna Akmil yang tidak hanya gagah namun juga cerdas dan berwibawa,” ungkap perwira TNI kelahiran Bukittinggi 1985 silam itu.
Setelah lulus SMA Taruna Negara, Alzaki kemudian mendaftar sebagai Taruna Akmil, dan langsung dinyatakan lulus. Selain karena cita-cita sejak kecil, bagi Alzaki keinginan masuk Akmil, juga disebabkan kondisi orangtua dan faktor keuangan.
“Selama pendaftaran taruna Akmil, saya numpang di rumah salah satu Pamong (Staf/Pengajar SMA Taruna Nusantara) di Magelang, yaitu di rumah Pak Bambang. Saya tinggal di sana sampai saya dinyatakan lulus jadi Taruna Akmil,” bebernya.
Perjuangan dan prestasi Alzaki kembali terlihat ketika dalam mengikuti pendidikan Candradimuka, di mana dirinya lulus menjadi yang terbaik dari Capratar (Calon Prajurit Taruna) Akademi TNI (Akmil, AAL dan AAU).
“Ketika wisuda jurit, saya bahagia karena dapat memberikan prestasi dan kebanggaan kepada orangtua saya yang waktu itu tidak sempat hadir. Wisuda Jurit merupakan awal perjuangan saya menjadi Perwira TNI AD, sehingga selama pendidikan di Akmil pun saya memilih fokus belajar dan berlatih untuk mewujudkan cita-cita saya,” katanya.
Pasca-lulus dari Akmil, berkat dukungan keluarga, rekan dan senior, serta doa junior dan anggotanya, lulusan Diklapa II di Australia ini pun tidak pernah lepas mendapatkan prestasi yang terbaik mulai pendidikan kecabangan Infanteri, Komando maupun pendidikan spesialisasi yang diikutinya.
Terkait dengan prestasinya di CGSC, sosok yang rutin puasa Senin dan Kamis itu menerangkan bahwa dirinya sama sekali tidak menduga bisa mendapatkan penghargaan tersebut. Kendati begitu, Alzaki mengaku senang dan bangga bahwa dirinya menempelkan Indonesia, khususnya TNI AD di WOF The Simmon Center.
“Selama ini Award tersebut selalu diraih siswa AS. Jadi begitu mengetahui kalau saya meraih Award WOF, saya langsung lari ke masjid di Leavenworth untuk berdoa dan bersyukur kepada Allah SWT,” katanya sembari menyebut selama menempuh pendidikan di CGSC, masjid di Leavenworth merupakan tempat baginya untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta.(*)