SOLSEL, KLIKPOSITIF – Sebanyak 20 anak muda Nagari Lubuk Gadang Utara mendapatkan Pelatihan Barrista Kopi selama 200 Jam Pelajaran melalui program life Skill Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Dharma Nagari Solok Selatan.
Ketua PKBM Widya Dharma Nagari Solok Selatan Yan Bakter menyebutkan kegiatan tersebut ditujukan untuk memberikan keterampilan bagi generasi muda sehingga memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk berwirausaha.
“Mereka ini dilatih sehingga memiliki keterampilan, kemudian kita bantu peralatan lalu kita sandingkan dengan perbankan sehingga mampu berwirausaha dan terciptanya lapangan kerja”, kata Yan Bakter.
Dia melanjutkan dipilihnya program Barrista Kopi disebabkan potensi tersebut sangat besar serta bagi Solok Selatan sendiri memiliki sumberdaya kopi yang melimpah tetapi masih mini tenaga terampil untuk menjadi Barrista Kopi tersebut.
Instruktur pelatih Barrista Kopi Attila madjidi menyebutkan seiring perkembangan daerah Solok Selatan banyak bermunculan tempat tongkrongan menikmati kopi, tetapi Barrista kopinya didatangkan dari luar daerah Solok Selatan.
“Di Solok Selatan saat ini ada beberapa cafe yang tidak memiliki Barrista, dulu ada Barristanya tetapi kemudian karena dianggap sudah terampil kemudian ada yang menawarkan bekerja sebagai Barrista di Padang bahkan Jakarta mereka akhirnya keluar”, katanya
Pengalaman tersebut imbuhnya, disampaikan kepada peserta pelatihan sehingga peserta pelatihan yang sebelumnya tidak serius akhirnya antusias mengikuti pelatihan.
“Pada awalnya peserta ini terlihat ogah-ogahan, tetapi setelah dijelaskan Barrista ini apa, kemudian peluang serta daya tampung Barrista di Cafe-cafe kopi seperti apa, para peserta ini mulai tertarik dan mengikuti pelatihan dengan serius”, katanya.
Salah seorang peserta pelatihan Barrista kopi Bayu Junika Putra mengatakan banyak hal baru tentang seluk-beluk kopi yang diketahuinya setelah mengikuti pelatihan Barrista kopi tersebut. “Dulu, untuk menikmati kopi saya tahunya hanya bubuk kopi ditambah gula lalu diseduh air panas”, katanya.
Tetapi imbuhnya, setelah mengikuti pelatihan tersebut dapat dipelajari proses kopi dari bibit, perawatan pasca tanam, panen, pengolahan pasca panen hingga sampai ke penikmat kopi. “Ternyata kopi tidak selalu dinikmati pakai gula atau susu, ternyata rasa kopi ada asamnya meski tanpa diberi asam karena dipengaruhi oleh cara menyeduh, bahkan ukuran pecahan biji kopi mempengaruhi rasa kopi setelah diseduh air panas”, katanya.
Dia berharap instruktur pelatihan tidak hanya melatih pada saat pelatihan, tetapi tetap bisa membantu membina meski sudah diluar kegiatan pelatihan nantinya.
“Saya ingin membuka usaha cafe kopi setelah ini tetapi masih banyak istilah serta teknik dalam dunia kopi yang belum saya ketahui, saya harap instruktur nantinya tetap membina saya termasuk peserta yang lain sehingga kami bisa menjadi Barrista yang dapat diandalkan”, katanya.