KLIK POSITIF – Beberapa hari terakhir, media sosial dihebohkan dengan postingan akun Pesona Jejak Wisata Subari di Facebook, yang menyatakan makan di Uni Cah kawasan Kapeh Panji perbatasan Bukittinggi-Agam, masih mahal dan 27 orang yang makan di sana harus membayar dengan total Rp1.875.000. Postingan yang juga mengunggah bukti bon makan itu diposting pada 15 April 2016 pukul 17.04 WIB. Pro dan kontra mengapung dalam komentar postingan itu, meski postingan itu akhirnya dihapus oleh pemilik akun.
Owner Nasi Kapau Uni Cah, Anton, mengakui jika bon makan yang diposting itu berasal dari Nasi Kapau Uni Cah, dan membenarkan jika memang ada sekitar 27 orang yang makan di tempat usahanya. Namun ia keberatan jika dikatakan Nasi kapau Uni Cah ‘main pakuak’ terhadap pengunjungnya.
“Semua makanan dan minuman sudah ada daftar harganya, seperti ikan gulai bertelur harganya Rp35 ribu perpotong, dendeng Rp30 ribu perpotong, sementara usus, ayam, tunjang dan lainnya kecuali ikan, itu rata-rata Rp25 ribu perpotong,” kata Anton, Senin 18 April 2016.
Anton menilai, kebanyakan orang pasti akan tau jika makan di nasi kapau akan lebih mahal dibanding rumah makan biasa. Meski demikian, ia juga mengakui jika tarif lauk pauk di nasi kapau Uni Cah sedikit mahal dibanding tempat nasi kapau lainnya.
“Tapi lihat dulu dong, porsinya lebih besar dibanding di tempat lain. Wajar kan kalau sedikit lebih mahal. Begitu juga dengan kerupuk yang dijual Rp10 ribu perbungkus, kemasannya lebih besar dibanding rumah makan lainnya. Bahan bakunya juga pilihan. Jadi, jangan bicara seenaknya sebelum melihat faktanya seperti apa,” papar Anton.
Anton mengaku sangat senang jika ada yang protes langsung mendatangi rumah makannya ketimbang harus mengadu di dunia maya, karena menurutnya nanti bisa merugikan pariwisata Bukittinggi dan Agam, serta Sumbar pada umumnya.
“Makanan yang dihidangkan, itu beda tarifnya dengan nasi rames. Kalau pesan nasi rames, itu tarifnya standar Rp35 ribu. Tapi kalau dihidangkan, itu semuanya punya tarif. Di sini, kalau dihidangkan, sayur Rp10 ribu, nasi putih Rp10 ribu, nasi tambah Rp5 ribu. Jadi, kalau pengunjung membayar mahal, lihat dulu apa yang di makannya. Kalau lauknya nggak di makan, ya nggak dihitung,” jelas Anton.
Menurut Anton, total Rp1.875.000 dari 27 orang itu sangat wajar, bahkan ada kesalahan hitung yang dilakukan pegawainya.
“Setelah hitung ulang, harusnya mereka bayar sekitar Rp1.975.000, karena ada kesalahan hitung. Jadi, kurang Rp100 ribu lagi. Tapi gak apa-apalah. Kalau ragu harga makan di sini, sebaiknya tanya dulu sebelum dipesan,” sambung Anton.