PADANG, KLIKPOSITIF — Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Wikan Sakarinto, meminta lulusan PNP sebagai pendidikan vokasi, harus mampu memenangkan kompetisi di level internasional.
Hal itu disampaikannya, karena saat ini perkembangan IPTEK yang sangat pesat dan semakin masif yang disusul karena hadirnya globalisasi, digitalisasi, hingga pandemi, membuat semuanya terdisrupsi oleh teknologi dalam semua aspek.
“Tidak ada satupun kita yang tidak terpengaruh oleh semua aspek dari disrupsi teknologi ini. Revolusi industri 4.0 bahkan society 5.0 yang sedang berlangsung harus diantisipasi secara serius,” kata Wikan saat memberikan sambutan Rapat Senat Terbuka PNP, Selasa, (5/10/2021) pagi.
Dalam Rapat Senat Terbuka PNP yang juga digelar secara virtual dalam rangka Dies PNP ke-XXXIV itu, Wikan juga menyampaikan bahwa digitalisasi, kekuatan komputasi dan analitik data telah melahirkan terobosan-terobosan yang mengejutkan di berbagai sektor.
Ia mencontohkan kehadiran autonomous vehicle, bahkan terakhir drone yang dilihat hanya untuk dokumentasi ataupun membawa barang, baru-baru ini drone sebagai angkutan manusia sudah mulai dikenalkan di Indonesia, hingga kendaraan tanpa awak.
Kemudian, ada lagi 3D printing, Internet of Things, big data, artificial intelligence dan virtual reality, serta teknologi blockchain dan cryptocurrency mata uang tanpa bank sentral yang saat ini sedang diperebutkan banyak orang.
Masa depan itu, kata Wikan, telah hadir di depan mata. Perkembangan IPTEK mungkin 5-10 tahun masih berupa konsep, berupa angan-angan imajiner, fantasi belaka, namun ternyata hari ini menjadi kenyataan. Dan perkembangan ini nyata terjadi begitu cepat, sehingga tidak bisa dibayangkan 5-10 tahun akan seperti apa perkembangan ini ke depan.
“Fakta-fakta inilah yang saya yakini, kalau anak-anak kita nanti, calon pemimpin bangsa ini akan hidup di zaman yang saya pastikan sangat berbeda dengan hari ini. Itulah mengapa berulang kali saya tekankan agar pendidikan wajib membekali peserta didik dengan softskills, karena ini adalah kunci,” ujarnya.
Softskills dan karakter pembelajar sepanjang hayat, sebut Wikan, adalah kunci untuk mampu beradaptasi dengan perubahan yang terus terjadi, karena perkembangan dan perubahan selain sangat mempengaruhi aspek kehidupan multidimensi, juga mempengaruhui lanskap ekonomi, lanskap sosial budaya dan bahkan juga lanskap politik nasional maupun internasional.
Untuk itu, kepada SDM vokasi, khususnya di PNP yang sangat progresif, terbuka terhadap perubahan, agresif dalam mengembangkan inovasi serta terobosan-terobosan baru, dan paling visioner dalam menatap masa depan diharapkan mampu untuk beradaptasi dengan semua perubahan yang terjadi.
“Penyelenggaraan pendidikan kita tidak boleh mempertahankan pola-pola lama yang sudah tidak relevan dengan kondisi hari ini, harus ada penyesuaian, pembaruan, inovasi, serta perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Saya yakin, PNP bisa melakukan hal itu, karena PNP mempunyai Visi menjadi institusi pendidikan vokasional terbaik di Asia Tenggara, bermartabat, dan berwawasan internasional tahun 2025,” katanya.
“Saat ini, PNP hari ini mendidik generasi Z, generasi yang serba cepat, serba instan. Artinya, kita harus juga mulai ada penyesuaian treatment pembelajaran sesuai karakter mereka. Ini penting, karena merekalah nanti yang akan menjadi pemimpin pada periode Indonesia Emas dan saat Indonesia memiliki bonus demografis,” imbuhnya.
Bonus demografi yang didapatkan bangsa ini, lanjutnya, harus benar-benar menjadi bonus yang akan membawa bangsa ini pada kemajuan, bukannya justru menjadi bencana. Oleh karena itu, ia pun mengajak PNP, serta satuan pendidikan vokasi lainnya untuk kerja cepat, kerja efektif efisien, kerja cerdas dan inovatif dalam mendidik dan melakukan link-and match kan vokasi dengan dunia kerja.
“Kompetensi SDM hari ini dan kemarin yang juga terus berubah perlu untuk terus diupdate dan disesuaikan dengan dunia kerja. Sudah saatnya merobohkan tembok-tembok pembatas antara kampus vokasi dan dunia kerja. Hari ini adalah hari-hari untuk kolaborasi dan bukan lagi kompetisi dalam negeri,” bebernya.
Ia juga menyebutkan, individu maupun organisasi kerja harus terus berubah untuk adaptasi atas perubahan ini, tidak ada pilihan lain selain meningkatkan berkalaborasi untuk menjadi Indonesia maju. Sudah bukan saatnya berkompetisi dalam negeri. Mari rapatkan barisan, bergotong royong dan kerja sama dalam pengembangan pendidikan vokasi.
Kepada SDM vokasi PNP, Wikan pun mengajak untuk mengembangkan pendidikan vokasi mulai dari sekarang, dari hal terkecil, dan dari diri sendiri. Mari melakukan perubahan, perubahan mindset, perubahan pola pikir, perubahan cara kerja, perubahan model organisasi, produktivitas, disiplin, inovasi.
“Semuanya harus berubah. Kita semua yakin bahwa pendidikan tinggi adalah organisasi yang dijadikan rujukan masyarakat, termasuk PNP ini yang menjadi rujukan masyarakat di Sumatera Barat, karena kampus adalah institusi yang harusnya paling responsif terhadap perkembangan IPTEK, sehingga di momen HUT atau Dies ke-XXXIV ini, ke depan PNP akan menjadi kampus vokasi yang fleksibel dan lentur dalam menanggapi perubahan zaman,” ungkapnya.
Rapat Senat Terbuka PNP itu turut dihadiri Ketua Senat PNP Takdir Alamsyah beserta anggota senat, Direktur PNP Surfa Yondri beserta jajaran Wakil Direktur, Pimpinan Jurusan dan Unit kerja di lingkungan PNP, dosen, mahasiswa, dan alumni PNP.(*)