PADANG, KLIKPOSITIF – Kepala Dinas Kesehatan Sumbar, Merry Yuliesday menyebutkan, penyakit tuberkulosis atau biasa disingkat TB masih menjadi momok di Indonesia. Dari tahun ke tahun, pasti ditemukan pasien penderita, termasuk juga di berapa daerah di Sumbar.
Maka untuk itu, pihaknya dalam mengeliminasi penyakit TB di setiap kabupaten dan kota telah melakukan beberapa program percepatan, diantaranya gencar terjun ke masyarakat dalam memberikan edukasi dan menginformasikan bahaya TB ini. Kemudian melakukan pengecekan langsung ke rumah-rumah masyarakat dengan kegiatan ketuk pintu. Dan, program lain yang mengarah langsung ke masyarakat.
Selain itu, kata Merry, pihaknya juga memiliki alat pendeteksi TB ini, yang dinamai Tes Cepat Molekuler. Yakni, merupakan alat revolusi baru yang bekerja mendiagnosis TB. Alat ini akan mendiagnosis cepat kasus TB, yang hanya membutuhkan waktu lebih kurang 2 jam.
“Alat ini akan mendiagnosis penderita TB dengan cepat, sehingga nanti dapat menjadi pemilihan panduan pengobatan yang benar,” katanya, Selasa, 18 Juni 2019.
Dilanjutkan Merry, alat pendeteksi ini sudah ada di beberapa rumah sakit di Sumbar, ada sekitar 21 rumah sakit, serta 6 puskesmas. Diantaranya, RSUD Lubuk Basung, RSUD Sei Dareh, RSUD Mentawai, RSUD Ahmad Darwis, RS Paru-Paru Lubuk Alung, RSUD Padang Pariaman, RSUD Lubuk Sikaping, RSUD Dr. Muhammad Zein, RSUD Sijunjung, RSUD Arosuka, RSUD Muaro Labuah, RSUD Prof Ali Hanafiah, RSUD Dr. Achmad Mochtar, RSUP M. Djamil, RSUD Padang Panjang, RSUD Pariaman, RSUD Adnan WD, RSUD Sawah Lunto dan RSUD Solok.
“Serta diberapa Puskesmas yakni Tanah Garam, Kota Solok, Air Haji, Pessel, Ujung Gadung, Pasaman Barat, Pakan Kamis, Agam, Andaleh dan Lubuk Buaya, Padang,” ujarnya.
Penyakit Tuberkulosis atau biasa disingkat TB masih menjadi momok di Indonesia. Dari tahun ke tahun, pasti ditemukan pasien penderita, termasuk juga di berapa daerah di Sumbar. Maka, untuk itu melalui berbagai program kesehatan yang dilakukannya, Pemprov Sumbar terus berupaya melakukan percepatan eliminasi TB di setiap kabupaten dan kota.
“Kita di Sumbar ingin seluruh daerah terbebas dari TB. Oleh karenanya, melalui berapa program dari Dinkes Sumbar kita gencar terjun ke masyarakat dalam memberikan edukasi sekaligus menginformasikan bahaya TB ini melalui penyuluhan dan pengecekan langsung ke lapangan,” ujarnya.
Ditambahkan Merry, penyakit TB ini tidak bisa dibiarkan, sebab ini merupakan penyakit kronis mematikan yang penularannya melalui percikan air liur yang mengandung kuman microbacterium tuberkulosis. Awalnya TB menyerang paru-paru, tetapi lama kelamaan dapat menyebar ke berbagai penyakit lain, seperti meningitis, otak, perut dan kulit. Jika tidak segera ditangani, penyakit ini bisa mengakibatkan kematian.
“Jika masyarakat mendapati gejala TB, agar segera untuk berobat. Adapun gejala TB itu, seperti batuk berdahak terus menerus selama dua minggu, batuk darah, sesak nafas, lemas nyeri dada, nafsu makana kuramg, berat badan menurum, demam meriang lebih kurang 1 bulan dan berkeringat malam tanpa kegiatan fisik. Kalau, ada gejala ini jangan menunggu-nunggu segera obati,” tegas Merry.
Apalagi, resiko penularan penyakit TB ini tidak hanya pada anak-anak saja. Tetapi semua umur, karena penularan melalui udara, jika ada penderita TB disekitar orang lain dan tanpa sengaja berinteraksi, maka kuman itu akan terhirup. Jadi mereka yang berisiko sakit TB, yaitu anak-anak, penderita HIV, orang usia lanjut, penderita diabetes melitus, perokok dan orang kontak erat atau serumah dengan pasien TB.
Untuk di Sumbar, kata Merry, target pencapaian penemuan kasus TB di Sumbar tahun 2018 diangka 70 persen. Namun, dari data yang dikumpulkan dari Dinas Kesehatan dari 19 kabupaten dan kota, angka capaian penemuan TB di Sumbar berada di angka 46 persen.
“Dari data cakupan capaian penemuan kasus TB yang paling tinggi tahun 2018 yakni, Kota Pariaman (67 persen), Kota Padang Panjang (66 persen) dan Kota Bukittinggi (63 persen). Kemudian disusul Kota Solok (59 persen), Pasaman Barat (58 persen), Kota Padang (56 persen), Pesisir Selatan (53 persen), Payakumbuh (51 persen), Dharmasraya (48 persen), Mentawai (47 persen), Pasaman (44 persen), Agam (42 persen), Padangpariaman (40 persen), Solok Selatan (36 persen), Sijunjung (34 persen) dan Kabupaten Limapuluh Kota (28 persen). Yang terendah capaian penanggulangan TB yaitu Tanah Datar (25 persen), Sawahlunto (25 persen) dan Solok (23 persen),” katanya.
Sedangkan, untuk penemuan kasus TB pada tahun 2019 ini, data pada triwulan I baru diangka capaian 38 persen dengan target 70 persen. “Ini baru terhitung triwulan I, sebab hitungan persentase target dan capaian pertahunnya. Itu data tekumpul dari triwulan I hingga triwulan 4. Jadi perhitungannya dikumpulkan dari data triwulan 1 hingga 4 untuk setahun, nanti baru nampak hasil penemuan kasus itu seluruhnya,” katanya.
Meskipun masih ada penemuan kasus di Sumbar, tetapi target Dinkes Sumbar dalam pencapaian angka keberhasilan pengobatan dari target 90 persen. Angka pencapaian keberhasilan pengobatan TB pada tahun 2018 berada pada angka 82 persen. Sedangkan, untuk tahun 2019 yang baru terhitung triwulan I dari target 90 persen, pencapaian baru diangka 54 persen. Angka 2019 itu dihitung pada triwulan I, sebab untun mendapatkan pertahun baru didapatkan dihitung dari seluruh data yang dikumpulkan dari triwulan 1 hingga 4. Itu untuk dapat hasil selama setahun.
“Kita ingin Sumbar bebas dari TB. Makanya edukasi ‘jemput bola’ ke tengah masyarakat dan mengadakan edukasi baik itu pelatihan maupun cara pencegahan TB. Serta, pencegahan TB sendiri mesti dilakukan dari diri sendiri, seperti menerapkan gaya hidup sehat,” pungkasnya.