PADANG PANJANG, KLIKPOITIF— Balai Bahasa Provinsi Sumatera Barat berkolaborasi dengan Ruang Baca Rimba Bulan Padang Panjang adakan Pelatihan Penulisan Karya Berbahasa Daerah 16—18 Desember 2024 lalu.
Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber, Gus tf Sakai, sastrawan nasional asal Payakumbuh, dan Muhammad Subhan, penulis sekaligus pegiat literasi yang juga merupakan pendiri Sekolah Menulis elipsis.
Kegiatan yang diikuti pelajar, mahasiswa, guru, dan masyarakat umum dari Kota Padang Panjang, Bukittinggi, Kabupaten Tanah Datar, dan sekitarnya itu bertujuan meningkatkan kemampuan menulis cerita anak berbahasa daerah, khususnya Minangkabau.
Melalui rilisnya kepada Kominfo, Jumat (20/12/2024) Ketua Ruang Baca Rimba Bulan, Alvin Nur Akbar yang didampingi Wakil Ketua, Sepriyadi menyampaikan terima kasih atas dukungan Balai Bahasa dalam menyelenggarakan program ini.
“Kami berharap kerja sama ini bisa terus berlanjut, sehingga semakin banyak karya sastra lokal yang lahir dari tangan-tangan kreatif peserta di daerah ini,” ujar Alvin.
Sebelumnya, dalam sambutan pada acara tersebut, Kepala Balai Bahasa Provinsi Sumatera Barat diwakili Joni Syahputra mengatakan, pelatihan ini merupakan salah satu upaya konkret untuk melestarikan bahasa daerah melalui karya tulis.
“Kami berharap pelatihan ini dapat menjadi langkah awal dalam menghidupkan kembali minat generasi muda terhadap penggunaan bahasa daerah, terutama dalam bentuk karya sastra seperti cerita anak,” ujar Joni.
Sementara itu, Gus tf Sakai, yang dikenal dengan gaya penulisan sastra berbasis budaya lokal, membagikan kiat-kiat menulis cerita anak yang menarik dan sesuai dengan nilai-nilai Minangkabau.
“Menulis cerita anak itu tantangan, karena selain harus sederhana, cerita juga harus bisa menyampaikan pesan moral dengan cara yang mudah diterima oleh pembaca muda,” ungkapnya di salah satu sesi pelatihan.
Sedangkan, Muhammad Subhan memberikan panduan teknis dalam proses kreatif menulis cerita anak, mulai dari membangun ide hingga menyusun plot. Ia juga menekankan pentingnya eksplorasi budaya lokal dalam menciptakan cerita yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik.
“Cerita anak berbahasa Minang adalah salah satu cara kita menjaga warisan budaya sekaligus memperkenalkan identitas kita kepada generasi muda,” katanya.
Pelatihan ini juga mencatatkan partisipasi Fauzhi, Wakil Pengurus DPC PPDI (Dewan Pengurus Cabang Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia) Kota Padang Panjang.
“Ini kesempatan berharga untuk mengembangkan potensi menulis saya. Sekaligus menunjukkan bahwa penyandang disabilitas juga bisa berkontribusi dalam melestarikan budaya melalui karya sastra,” katanya.
Antusiasme peserta terlihat jelas selama pelatihan berlangsung. Tasya dan Alya, dua pelajar yang mengikuti kegiatan tersebut, mengaku sangat senang mendapatkan wawasan baru dalam menulis cerita anak.
Hal serupa disampaikan Fitra Murni, seorang guru yang turut menjadi peserta. Menurutnya, pelatihan ini sangat bermanfaat, terutama untuk diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah.
Pelatihan yang berlangsung selama tiga hari ini diharapkan dapat melahirkan penulis-penulis muda berbakat yang mampu melestarikan bahasa Minangkabau melalui karya sastra. (heri)