PESSEL, KLIKPOSITIF– Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumbar meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) petani melalui Sekolah Lapangan (SL).
Hal itu diungkapkan, Kepala Dinas Pertanian Pessel Madrianto dalam mewujudkan keandalan dan keberlanjutan lapangan usaha pertanian di daerah itu.
“Tanpa membangun SDM pelakunya, jangan bermimpi mampu membangun usahanya,” ungkap Madrianto.
Ia menjelaskan, Sekolah Lapangan adalah konsep pendidikan kritis yang menekankan petani untuk bisa belajar dan memproduksi pengetahuan dari pengalaman sendiri yang digelar di luar kelas.
Salah satu fokus dari pembelajarannya adalah penyebaran teknologi pertanian, khususnya pasca panen. Proses pembelajaran sekolah lapang adalah menggabungkan metode ceramah, demplot, dan temu muka.
Madrianto mengatakan, sejak tiga tahun terakhir sudah tercatat lebih dari 5 ribu orang yang terdiri dari peternak, petani dan petani budi daya perikanan, baik perorangan maupun yang tergabung dalam kelompok mendapatkan pelatihan itu.
Model pembangunan pertanian di Pesisir Selatan kini lebih berorientasi pada pelaku atau subjek dibanding objek. Daya saing pelaku merupakan faktor utama penentu keberhasilan.
“Demikian juga tentunya dengan model pembangunan pada berbagai sektor lainnya di kabupaten ini, sesuai RPJMD 2021-2026,” terangnya.
Program sekolah lapang selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2021-2026 yang mengedepankan pembangunan kualitas sumber daya manusia daerah.
Dalam perjalanannya Sekolah Lapang di Pesisir Selatan menunjukan capaian positif, terbukti dari peningkatan produksi seperti padi, jagung dan sejumlah komoditi unggulan lainnya.
Selain itu juga terkonfirmasi dari Nilai Tukar Petani (NTP) pada seluruh sub-sektor yang nilai indeksnya di atas 100, bahkan produksi gabah Pesisir Selatan tercatat paling besar di Sumatera Barat.
“Ya, itu sejak 2023. Pesisir Selatan mampu mengungguli dominasi Solok yang selama ini selalu menjadi leader,” jelasnya.
Lanjutnya, persoalan kesejahteraan petani karena rendahnya produktivitas. Kondisi itu merupakan dampak dari masih terbatasnya kapasitas sebagian besar pelaku di lapangan usaha pertanian.
Ia optimis program sekolah lapang secara berkelanjutan mampu mengentaskan persoalan kemiskinan, karena sebagian besar masyarakat berpenghasilan rendah adalah petani dan nelayan.
Pemerintah kabupaten pun kini terus menggencarkan pemberian nilai tambah terhadap produk pertanian melalui sentuhan industri, khususnya pada komoditi unggulan daerah.
Membantu petani mengelola sumber daya alam melalui program berkelanjutan, sehingga kesinambungan dan keseimbangannya tetap terjaga. Upaya terwujudnya kesejahteraan petani bakal tercapai.
“Tentu dengan keberlanjutan keberhasilan pembangunan itu bakal terwujud,” ujarnya.