PADANG, KLIKPOSITIF – Asri Astriningsih (44) baru saja menyelesaikan penimbangan sampah plastik yang di antarkan warga sekitar untuk diolah menjadi barang berharga. Itu adalah kegiatan harian yang dilakukan Asri sejak beberapa tahun terakhir.
Ibu dua anak ini hanya ingin daerah di sekitar rumahnya, di kawasan Batu Gadang, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Sumatera Barat bebas sampah dan bersih seperti negara-negara maju yang pernah di kunjunginya pada 2012 silam.
“Berawal dari teguran warga di Korea Selatan karena dianggap membuang sampah saat melaksanakan studi tiru di sana, padahal saat itu sedang mengambil permen yang jatuh, saya bercita-cita daerah saya bisa bebas sampah dan bersih seperti negara-negara maju,” katanya beberapa waktu lalu.
Langkah awalnya saya mendirikan Bank Sampah Sakinah yang bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang setelah mendapat izin dari Kelurahan tempat dia tinggal. Namun memulai langkah itu tidak semudah yang dibayangkan.
Ia harus memulai dengan penuh perjuangan dan menghadapi banyak tantangan dari berbagai pihak, mulai dari masyarakat sekitar hingga pihak yang berada di pemerintahan, namun ia menanggapi itu dengan terus memberikan edukasi kepada masyarakat.
Saat mencoba mengajak masyarakat untuk peduli dengan sampah, ia pernah di caci maki masyarakat sekitar. Namun Asri tidak kehilangan akal, ia memulai dengan pihak terdekat yang bersinggungan langsung dengan dirinya, misalnya walimurid PAUD (Sebelumnya ia sudah mendirikan sekolah PAUD).
Melalui itu, mereka di edukasi soal memilah sampah organik dan nonorganik. Kemudian sampah nonorganik yang bisa di jual dan diolah kembali, sehingga memiliki nilai yang menghasilkan uang.
“Untuk walimurid PAUD di sekolah saya dirikan, uang SPP bisa dibayar melalui sampah plastik. “Pada tanggal 25 setiap bulannya, pihak keuangan di PAUD akan mengumumkan berapa sisa pembayaran SPP bagi walimurid yang telah membayar melalui sampah. Nah, sisanya itu yang dibayar dengan uang tunai oleh walimurid, sehingga beban mereka berkurang. Untuk biaya SPP, setiap bulannya sebesar Rp125 ribu. Sementara untuk satu kilo sampah dibandrol dengan harga Rp4000,-,” katanya saat dijumpai di rumah pengolahan sampah di Karang Putih.
Sampah plastik yang dijual ke Bank Sampah Sakinah miliknya harus memenuhi standar yang telah ditetapkan, misalnya harus bersih. “Sehingga untuk mendapatkan hal tersebut, Asri melakukan manajemen sampah rumah tangga dengan langsung memberikan edukasi memisahkan sampah di dapur sendiri, misal dengan membuat tempat pemilahan sampah, sehingga kedua belah pihak sama-sama diuntungkan,” tuturnya.
Sampah yang tak sesuai dengan standar yang sudah di tetapkan tidak diterima karena pihaknya berusaha melipatgandakan nilai sampah yang Rp4000 menjadi Rp180 ribu sampai dengan Rp250 ribu, sehingga dengan nilai itu mereka bisa memancing masyarakat agar tak mau membuang sampah sembarangan.
“Target untuk sampah plastik adalah profit dan lingkungan karena ini menyangkut program pemberdayaan, dimana saya dan masyarakat yang diajak juga harus sama-sama berdaya dalam melaksanakan kegiatannya,” paparnya.
Pengolahan Sampah Plastik dengan Nilai Jual Tinggi
Sampah plastik yang dijual melalui Bank Sampah Sakinah diolah menjadi barang berharga dengan nilai jual yang cukup tinggi. Sampah plastik yang dihargai Rp4000 per kilo bisa di hargai hingga Rp300 ribu setelah diolah.
Pengolahan sampah di Bank Sampah tersebut dilakukan oleh tangan-tangan terampil yang berasal dari warga sekitar. Mereka di berdayakan oleh Asri melalui program pemberdayaan di bawah naungan Pusat Kegiatan Baca Masyarakat (PKBM).
“Perempuan yang tergabung dalam kelompok pemberdayaan kita latih bagaimana cara mengolah sampah menjadi barang dengan memiliki nilai jual yang tinggi. Setelah dilatih dan paham, mereka boleh melakukan pekerjaannya di rumah sehingga pekerjaan utama sebagai ibu rumah tangga tidak terganggu,” katanya.
Untuk pengerjaan dalam pengolahan sampah, Asri membaginya menjadi beberapa kelompok pekerja, sehingga satu barang dari sampah plastik adalah hasil beberapa perajin.
“Misal, untuk pencacah ada kelompok tersendiri. Untuk menjahit, ada lagi kelompok lainnya. Untuk merangkai pola, ada lagi tim lain yang mengerjakannya, sehingga mereka memiliki bidang-bidang khusus dalam menyelesaikan pekerjaannya,” paparnya.
Dalam melakukan hal ini, Asri dibantu oleh perempuan-perempuan hebat mulai dari anak muda hingga usia lansia. Mulai dari memiliki keluarga lengkap hingga janda dan single parent.
Misalnya untuk memotong sampah kecil menjadi serbuk-serbuk halus, dilakukan oleh kelompok lansia. Untuk satu kilo plastik, jasa mereka di hargai sebesar Rp15 ribu. Untuk pemotongan ini, masih dilakukan dengan cara manual, yakni di gunting.
“Untuk beberapa alat yang dibutuhkan dalam pengolahan sampah ini, kita masih terkendala alat, seperti mesin pencacah, sehingga kita belum bisa memproduksi dalam jumlah banyak. Jika mesin pencacah ada, maka kita berani buka pasar online untuk penjualan lebih banyak. Sedangkan belum masuk pasar online, kita cukup kewalahan memmnuhi permintaan pasar,” paparnya.
Saat ini, Asri sudah di bantu oleh 9 tim yang khusus menangani pengolahan sampah dan puluhan ibu-ibu yang terlibat dalam hal ini.
Pemanfaatan KUR BRI
Sejauh ini, KUR BRI yang didapat masih digunakan untuk biaya operasional, mulai dari biaya produksi hingga pembayaran upah pekerja. Selain itu, ia juga bersyukur dengan sering diajak oleh BRI RO Padang untuk hadir dalam pameran atau kegiatan-kegiatan lain dalam mengenalkan produk-produk hasil olahan sampah mereka.
“Alhamdulillah saya sering diajak ikut pameran dan pelatihan oleh BRI sehingga ini jadi ilmu baru juga dalam mengembangkan produk-produk kami,” jelasnya.
Selain memberdayakan masyarakat yang ada di sekitar lingkungannya, Asri juga ingin agar bumi tempat ia tinggal tetap terjaga dan lestari dengan baik hingga anak cucunya nanti. “Sehingga bijak dalam memanfaatkan sampah salah satu usaha saya untuk itu,” jelasnya.
Regional CEO BRI Padang, Moh.Harsono mengatakan, jumlah UMKM yg diberikan pinjaman KUR selama 2023 sebanyak 89.388 deb dengan penyaluran sebesar Rp 4.06 T.
“Hal ini di harapkan bisa memberi manfaat baik bagi UMKM dalam meningkatkan usahanya, baik dari segi peralatan dan hal lainnya dalam mendukung usaha dan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan. Selain itu juga dengan memberikan empowerment / pelatihan kepada UMKM dalam bentuk soft skill dan hard skill,” tuturnya.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Sumbar, Endrizal mengatakan, pemberdayaan UMKM bagi usaa menengah yang sedang dilakukan sekarang adalah digitalisasi, dimana kita melakukan pelatihan dalam melakukan pemasaran secara online.
“Untuk bagian ini, kita fokuskan ke anak muda. Mislanya yang memproduksi di rumah tersebut ibu-ibunya, maka yang akan melakukan pemasaran anak mudanya karena mereka lebih paham. Ini sudah kita lakukan beberapa tahun belakangan dengan bekerjasama dengan pihak yang ahli di bidangnya,” paparnya.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unand, Prof.Dr.Harif Amali Rivai., S.E., M.Si mengatakan, keberadaaan UMKM memberikan kontribusi penting dalam perekonomian nasional.
“Pada masa krisis ekonomi tahun 1998 kondisi perekonomian nasional sangat terpuruk sehingga banyak korporasi atau perusahaan besar yang kolap dan pengangguran meningkat. Pergerakan perekonomian masa itu lebih banyak ditopang oleh UMKM,” jelasnya.
Ia juga menyebut, kemudian pada masa pandemi covid-19 juga menunjukkan peran UMKM dalam menopang perekomian nasional terutama UMKM yang telah memanfaatkan teknologi digital dalam penunjang bisnisnya.
“UMKM merupakan bagian dari sistem perekonomian nasional yang memiliki kemandirian dan memiliki potensi besar menurunkan kemiskinan melalui penyerapan tenaga kerja dan pengurangan pengangguran. Kontribusi UMKM terhadap perekonomian nasional tahun 2023 tercermin dari kontribusi terhadap PDB sebesar 61% dan kontribusi yang signifikan dalam penyerapan tenaga kerja,” jelasnya.