PADANG, KLIKPOSITIF- Bangkit dari Pandemi Covid-19, perekonomian Kota Padang, di Sumatera Barat dapat ditingkatkan melalui sejumlah produk ekspor potensial yang saat ini menjadi andalan Indonesia.
Menurut Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid UMKM di Padang membutuhkan pasar global, apalagi selepas dari KTT G20, UMKM mendapat posisi yang strategis karena menjadi prioritas dalam kancah perdagangan global.
“Pemko Padang telah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,03 persen tahun depan, dari target pencapaian tahun ini sebesar 3,14 persen. Selain menggenjot pertumbuhan domestik, ceruk pasar global dapat menjadi pilihan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” ungkap Arsjad Rasjid, Selasa (8/11) di Jakarta.
Arsjad menyebutkan sejumlah industri potensial, seperti industri kulit dan alas kaki, furniture, tektil dan pakaian jadi dapat menjadi ujung tombak Kota Padang dalam meningkatkan aktivitas ekonominya.
Pada tahun lalu, kapasitas produksi industri kulit dan alas kaki kota tersebut hampir mencapai 73 ribu, kayu, bambu, dan rotan sekitar 27 ribu, makanan minuman 34 ribu, dan tekstil serta pakaian jadi sekitar 8 ribu.
“Produk industri Kota Padang menjadi salah satu ujung tombak dalam meningkatkan ekspor produk ke luar negeri. Potensi itu ada, tinggal sekarang bagaimana mengakselerasi produk industri tersebut agar bisa diterima di pasar global,” ujar dia.
Arsjad menambahkan, dalam roadshow ke sejumlah negara dengan tujuan mempromosikan KTT G20 dan B20, investor dan pengusaha global tertarik untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam meningkatkan produk manufaktur, seperti furniture, sepatu, alas kaki, pakaian.
Produk-produk dari Indonesia tersebut telah dikenal dan mendapat sambutan positif dari konsumen global. Hal ini menjadi peluang bagi Indonesia, termasuk Kota Padang yang memiliki industri yang mampu melayani permintaan global tersebut.
Seperti diketahui, selain komoditas utama pertambangan dan mineral, beberapa produk unggulan ekspor Indonesia saat ini, antara lain udang, kopi, minyak kelapa sawit, kakao, karet, TPT, alas kaki, elektronika, komponen kendaraan bermotor, dan furniture.
KADIN Indonesia, lanjut dia, berkomitmen untuk menjembatani gap antara pasar global dan produk dalam negeri, terutama yang berasal dari UMKM, agar dapat menembus pasar global.
Langkah tersebut dilakukan dengan berbagai inisiatif, antara lain melalui Wiki-Wirausaha, yaitu platform yang menghubungkan pelaku UMKM dengan pengusaha dan menyediakan berbagai pelatihan serta pendampingan, KADIN Tech Hub yang menjembatani solusi atas persoalan digitalisasi yang dihadapi UMKM, KADIN International Trading House yang menjadi penengah dalam menghubungkan pelaku UMKM dengan pasar global dan domestik.
Dari data statistik Kota Padang, diketahui lanskap industri Kota Padang dikuasai oleh pelaku usaha kelas menengah, yang berjumlah di atas 30 ribu unit usaha. Sementara itu, pelaku usaha skala kecil mencapai lebih dari 10 ribu unit usaha, dan skala mikro sekitar 5 ribu unit usaha.
Hal ini wajar, mengingat Kota Padang merupakan pintu masuk perdagangan di Sumatera Barat. Mayoritas pelaku usaha di kota tersebut bergantung pada sektor perdagangan dan jasa.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan lanskap pelaku usaha di Sumatera Barat, yang mayoritas sekitar 531 ribu atau 89 persen adalah pelaku usaha mikro. Sementara usaha kecil sekitar 9 persen, menengah 1,3 persen, dan usaha besar 0,07 persen.
Menurut Arsjad, Kota Padang dapat menjadi pendorong yang menarik gerbong pertumbuhan UMKM, terutama skala mikro di Sumatera Barat. Dengan kolaborasi berbagai pihak, KADIN siap membawa berbagai inisiatif UMKM naik kelas tersebut ke kota tersebut.
“Kebutuhan UMKM di Kota Padang adalah memperluas pasar global. Jika permintaan pasar ekspor sudah terbentuk, kenaikan dari perluasan pasar itu akan berdampak juga pada UMKM di Sumatera Barat,” kata dia.