PADANG, KLIKPOSITIF — Menjadi pengusaha sukses bukanlah hal yang mudah. Apalagi memulai dari nol, banyak proses yang harus dilalui. Begitu kata Owner Basko Grup, Basrizal Koto atau yang lebih dikenal Basko. Punya keberanian untuk memulai dari tidak punya apa-apa atau nol merupakan 50 persen modal awal baginya.
“Usia 12 tahun, saya berani merantau. Semua ini tidak terjadi tiba-tiba. Saya mulai dari jadi kernet oplet, berjualan petai, belajar menjahit. Semua itu saya coba karen keinginan dan tekad, kemauan untuk mengubah hidup dan lari dari kemiskinan,” katanya di Auditorium UNP, Rabu, (7/9).
Dalam acara Marawa Digital Fest bertajuk “Empowering Entrepreneurs to the Future World” yang diusung oleh HIPMI Sumbar, ia bercerita awal merintis hidup yang sempat mengalami kesulitan ekonomi. Ia yang hanya anak seorang buruh tani, dan putus sekolah bertekad dan punya keberanian merantau menjadi seorang kernet oplet selama tiga tahun.
Namun, Basko yang saat itu masih berusia 12 tahun mempunyai keinginan yang kuat untuk mendapatkan hal yang lebih. Keuletan dan ketekunannya sebagai seorang kenek, dilirik bos oplet dan bertekad ingin menjadikannya seorang sopir.
“Saya tidak mau jadi sopir. Saya berhenti. Saya bilang waktu itu saya ingin punya mobil. Oleh karena itu, saya harus fokus. Karena saya punya modal, saya beralih menjadi penjual petai di pasar yang waktu itu satu sepeda harga petai itu Rp 100,” tuturnya.
Lika-liku kehidupan mulai ia lalui setelah berhenti menjadi kernet oplet dan mulai berdagang petai. Usia 15 tahun, ia punya motivasi untuk membahagiakan keluarga. Pesan kedua orang tua selalu menjadi penyemangat utama baginya dalam berusaha.
“Sebelum merantau ibu saya berpesan, rezeki itu ada sebelum matahari terbit. Saya selalu bergerak dan bergerak setelah subuh. Kemudian, pesan orang tua saya kalau nanti punya rezeki jangan lupa orang tua, dunsanak, dan kampung halaman, serta jangan merokok. Empat hal itu yang membawa saya sampai ke titik ini,” tuturnya di hadapan puluhan generasi muda yang tergabung dalam HIPMI Sumbar.
Pesan kedua orang tua tak semata-mata jadi angin lalu baginya. Tahun 1990-an, ia kembali dan memberanikan diri membangun kampung halaman dengan menyalurkan 400 unit oplet sebagai angkutan umum kota saat itu. Tak hanya itu, dua tahun kemudian tepatnya pada 1992 ia juga memberanikan diri membangun mall.
“Saya diundang untuk membuat sesuatu di kampung halaman, saya menjadi orang pertama pertama yang menyalurkan oplet dan membangun mall. Ketika itu, banyak orang yang mengatakan saya orang gila. Saya tidak peduli, saya berani mengambil langkah ini,” ujarnya.
Kesuksesannya bukan semata-mata hanya untuk dirinya saja. Ia mulai menerapkan apa yang diperolehkan kepada anak-anaknya. Ia mendukung dan mendorong mereka dengan apapun keinginan mereka dalam dunia pendidikan dan meraih cita-cita.
“Kemudian sekarang saya katakan kepada anak saya, terutama Brian sebagai Ketum HIPMI. Saya terus mendorongnya untuk berbuat dan memberi manfaat kepada kampung halaman. Harus berani memulai tanpa keraguan. Saya bicara begini karena saya pelakunya, tidak hanya bicara teori. Mudah-mudahan perjalanan membangun kampung halaman diberi kelancaran,” ucapnya lagi.
Terakhir, Basko yang sempat berkaca-kaca menceritakan perjalanan hidupnya di hadapan puluhan pemuda itu, menuturkan bahwa di balik kesuksesannya tidak jauh dari berkat orang tua. Apapun yang terjadi ia selalu mengutamakan keduanya. Sebutnya, dua wanita yang paling berpengaruh dalam hidupnya adalah ibu dan sang istri.