7 Pahlawan Asal Sumbar yang Diabadikan dalam Prangko dari Masa ke Masa

Prangko Sumbar

Prangko Abdoel Moeis

KLIKPOSITIF – Banyak pahlawan asal sumbar yang telah diabadikan fotonya dalam bentuk prangko dari masa ke masa, siapa saja mereka?

Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Fadli Zon menilai kehadiran prangko dapat menjadi identitas suatu negara, seperti halnya uang.

Sebab, saat suatu negara baru berdiri, maka membutuhkan alat tukar untuk pembayaran dan alat komunikasi tertulis berbentuk surat-menyurat konvensional.

Sehingga, kehadiran prangko di suatu negara akan menunjukkan kapan negara tersebut berdiri dan dalam situasi seperti apa dinamika sosial-politik yang mengiringinya.

Selain sebagai identitas negara, menurut politisi Partai Gerindra tersebut, prangko juga dapat menjadi sarana second-track diplomacy.

Second-track diplomacy adalah bentuk praktis dari aktivitas informal atau nonresmi pemerintah yang menghubungkan antarkelompok masyarakat (aktor nonnegara).

“Jadi perangko bukan hanya sebagai alat bayar untuk surat menyurat. Tetapi, juga bagian dari identitas, bagian dari second track diplomacy.,” ujarnya.

“Hubungan antar warga yang tidak hanya ada pada masa teknologi informasi masih belum maju, tetapi juga sekarang pun tetap relevan karena bagian dari budaya material,” jelas Fadli Zon.

Fadli menerangkan saat belum menjadi Anggota PBB, Indonesia mencetak prangko di negara Philadelphia, Amerika Serikat. Sehingga, prangko dapat merekam beberapa peristiwa sejarah penting.

Dengan panjangnya sejarah dan manfaatnya tersebut, berikut KLIKPOSITIF Rangkum prangko-prangko yang pernah terbit dan berhubungan dengan Sumbar.

1. Abdoel Moeis

Abdoel Moeis adalah seorang Minangkabau, putra Datuk Tumangguang Sutan Sulaiman. Ayahnya merupakan seorang demang yang keras menentang kebijakan Belanda di dataran tinggi Agam.

Abdul Muis atau Abdoel Moeis lahir pada 3 Juni 1883 di Sungai Puar, Bukittinggi, Sumatera Barat.

Kalau mendengar nama Abdul Moeis mungkin yang teringat adalah novel Salah Asuhan. Novel itulah yang membuat namanya terkenal.

Ia tak hanya seorang sastrawan, melainkan juga seorang wartawan dan pejuang di zamannya.

Tak lama setelah Abdul Muis meninggal, pemerintah menetapkan dirinya sebagai Pahlawan Nasional yang pertama berdasarkan Kepres No. 218 Tahun 1959 tertanggal 30 Agustus 1959.

Sejak itulah pemberian gelar Pahlawan Nasional menjadi tradisi, yang dimulai dari Abdul Muis.

pada tahun 1961 – 1962 Pos Giro mengeluarkan seri prangko Pahlawan Kemerdekaan yang terdiri dari 20 buah termasuk salah satunya Abdoel Moeis dengan perangko 0,20 sen.

2. Tuanku Imam Bonjol

Tuanku Imam Bonjol (lahir di Bonjol, Luhak Agam, Pagaruyung, 1772 – wafat dalam pengasingan dan pemakamannya di Lotta, Pineleng, Minahasa, 6 November 1864).

Ia adalah salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang melawan Belanda dalam peperangan yang terkenal dengan nama Perang Padri pada tahun 1803–1838.

Nama asli dari Tuanku Imam Bonjol adalah Muhammad Syahab, yang lahir di Bonjol pada 1 Januari 1772..

Fotonya diabadikan dalam prangko 1,50 sen, edisi 1961 – 1962 sama dengan Abdoel Moeis.

3. H. Agus Salim

H. Agus Salim (lahir dengan nama Masyhudul Haq (berarti “pembela kebenaran”); 8 Oktober 1884 – 4 November 1954).

Ia adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia.

Haji Agus Salim sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia pada tanggal 27 Desember 1961 melalui Keputusan Presiden Indonesia Nomor 657 tahun 1961.

Pekerjaan yang ditekuni oleh Agus Salim adalah sebagai orator dan penulis.

Agus Salim menguasai 4 bahasa asing di Eropa (bahasa Belanda, bahasa Inggris, bahasa Jerman, dan bahasa Prancis).

2 bahasa asing di Timur Tengah (bahasa Arab dan bahasa Turki) serta bahasa Jepang.

Agus Salim diabadikan dalam prangko seri Pahlawan (10.00 sen) 1961 – 1962.

4. Usmar Ismail

Usmar Ismail (20 Maret 1921 – 2 Januari 1971) adalah seorang sutradara film, sastrawan, wartawan, dan pejuang Indonesia yang berdarah Minangkabau.

Ia dianggap sebagai pelopor perfilman di Indonesia. Ia dikenal sebagai pelopor drama modern di Indonesia dan juga Bapak Film Indonesia.

Usmar meninggal dunia karena stroke.

Tahun 1962 ia mendapatkan Piagam Wijayakusuma dari Presiden Soekarno. Pada tahun 1969 ia menerima Anugerah Seni dari Pemerintah RI.

Namanya ada sebagai pusat perfilman Jakarta, yakni Pusat Perfilman H. Usmar Ismail.

Selain itu, sebuah ruang konser di Jakarta, yakni Usmar Ismail Hall, merupakan tempat pertunjukan opera, musik, dan teater, yang terinspirasi sesuai namanya.

Pada 20 Maret 2018, Google merayakan ulang tahunnya yang ke-97 dengan Google Doodle.

Pada 30 Oktober 2021, Ia mendapat anugerah gelar Pahlawan Nasional Indonesia.

Ia diabadikan dalam prangko 700 keluaran 1997

5. Sutan Sjahrir

Sutan Sjahrir (variasi penulisan nama: Soetan Sjahrir, Sutan Syahrir, 5 Maret 1909 – 9 April 1966) adalah seorang intelektual, perintis, dan revolusioner kemerdekaan Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, ia menjadi politikus dan perdana menteri pertama Indonesia.

Ia menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia dari 14 November 1945 hingga 20 Juni 1947.

Sjahrir mendirikan Partai Sosialis Indonesia pada tahun 1948.

Ia meninggal dalam pengasingan sebagai tawanan politik dan pemakamannya ada di TMP Kalibata, Jakarta.

Sutan Sjahrir sebagai salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 9 April 1966 melalui Keppres nomor 76 tahun 1966.

Sebagai pahlawan asal Sumbar, ia ada dalam prangko 15- keluaran 1969, selain itu juga ada prangko cetakan Vienna bergambar Sjahrir 3,5 S.

6. Mohammad Hatta

Dr. (H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta (12 Agustus 1902 – 14 Maret 1980) adalah negarawan dan ekonom Indonesia yang menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia pertama.

Hatta terkenal akan komitmennya pada demokrasi. Ia mengeluarkan Maklumat X yang menjadi tonggak awal demokrasi Indonesia.

Pada bidang ekonomi, pemikiran dan sumbangsihnya terhadap perkembangan koperasi membuat ia mendapat julukan sebagai Bapak Koperasi.

Prangko peringatan 100 tahun bung Hatta terbit tahun 2002 dengan nominal Rp. 1500.

7. Mohammad Natsir

Mohammad Natsir (17 Juli 1908 – 6 Februari 1993) adalah seorang ulama, politikus, dan pejuang kemerdekaan Indonesia.

Ia merupakan pendiri sekaligus pemimpin partai politik Masyumi, dan tokoh Islam terkemuka Indonesia.

Natsir lahir dan besar di Solok, sebelum akhirnya pindah ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA dan kemudian mempelajari ilmu Islam secara luas pada perguruan tinggi.

Fotonya pahlawan asal sumbar ini ada dalam prangko tahun 2011 PT.Pos Indonesia seri pahlawan nasional dengan nominal Rp.2500.

Prangko Selain Pahlawan Nasional

Selain menampilkan pahlawan nasional, prangko yang berhubungan dengan Sumbar juga pernah terbit seperti, pemandangan gunung Singgalang 1943.

Kemudian Rumah adat Sumbar, MTQ 13 Padang, dan terbaru tahun terbitan 2021 adalah tari piraing.

Sejarah Prangko Indonesia

Prangko pertama Hindia Belanda cetak di Utrecht, Belanda, pada tanggal 1 April 1864.

Desain prangko menunjukkan gambar Raja Willem III dari Belanda dengan nilai nominal sepuluh sen, dan rancang oleh TW Kaiser dari Belanda

Prangko pertama yang keluarkan oleh Administrasi Pos Indonesia, setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, yang terbitkan pada tanggal 1 Desember 1946

Dengan menunjukkan gambar banteng dan bendera Indonesia, untuk memperingati setengah tahun Kemerdekaan.
Cetakan Yogyakarta dengan warna tunggal dan dua warna, dan cetak dalam teknik cetak sederhana.

Sebagian besar cap Indonesia dalam periode ini cetak dan gandakan di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Pematangsiantar, Padang, Palembang dan Aceh

Pada tahun 1954, percetakan modern pertama yang bernama “Pertjetakan Kebajoran”, saat ini adalah awal dari proses pencetakan prangko di tingkat kabupaten.

  • *
    👉Silahkan bergabung di Grup FB SUMBAR KINI untuk mendapatkan informasi terupdate tentang Sumatera Barat.

Exit mobile version