PAYAKUMBUH,KLIKPOSITIF – Pada 4 sampai 6 Juni mendatang, para tuo silek yang tersebar di berbagai wilayah di Sumatera Barat bakal bertemu untuk bermusyawarah. Pertemuan yang difasilitasi oleh UPTD ini diberi tajuk “Musyawarah Tuo Silek”. di Kampuang Adat Balai Kaliki, Kanagarian Koto Gadang, Payakumbuh.
Salah satu tujuan musyawarah ini ialah merumuskan strategi untuk meletakkan kembali silek sebagai the way of life, sebagai pandangan hidup bagi masyarakat minang di ranah dan di rantau, khususnya kaum muda.
Manjampuik nan Sabinjek, Mangumpuan nan Taserak
Salah satu fasilitator musyawarah, Zuari Abdullah, menyebut bahwa saat ini silek sebagai pandangangan hidup makin terlupakan. Silek saat ini lebih dimaknai sebagai ilmu beladiri atau cabang olahraga semata. Padahal, lanjut sosok yang kerap disapa Buya Zuari ini, silek tidak hanya sebatas itu. Lebih dari itu, silek mencakup wilayah kehidupan yang lebih luas.
“Silek merupakan pandangan hidup yang sifatnya luas. Nilai-nilai filosofis serta konsep yang terkandung dalam silek, bisa dipakai dalam banyak bidangan kehidupan. Mulai pertanian,kesehatan, ekonomi, sampai politik” tambahnya.
Buya Zuari menambahkan bahwa silek mengajarkan soal-soal seperti siasat politik, tata cara niaga, strategi diplomasi, dan bentuk-bentuk hubungan sosial lainnya. Selain itu, silek juga mengajarkan bagaimana berhubungan dengan Yang Maha Kuasa, Allah SWT. Menurutnya, ajaran-ajaran tersebut telah dibentuk dan dikembangkan rupa oleh para leluhur jauh di masa lalu.
“Silek merupakan bagian dari sistem pendidikan klasik Minangkabau, yang sudah ada sebelum masuknya pendidikan model barat,” tambah peneliti dan praktisi silek yang telah menulis beberapa buku soal silek tradisi.
Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa silek merupakan sehimpunsistem pengetahuan, filsafat dalam bentuk gerak langkah yang sifatnya kongkret. Silek merupakan pedadogi klasik yang satu paket dengan surau. Di surau anak sasian (murid) dididik secara materi, di surau meraka mempelajari kaji. Sedang di sasaran, termasuk dalam sasaran dalam arti yang luas yaitu kehidupan, para anak sasian mengamalkan kajian yang diperolehnya di surau.
Namun menurutnya nilai-nilai yang ada dalam silek semakin dilupakan dan ditinggalkan. Silek sudah seperti sebuah barang kuno, inti ajaran silek semakin terabaikan, yang diambil hanya bentuk luarnya sebagai ilmu beladiri. Padahal, ia kembali menekankan, silek adalah identias kultural orang Minang, the way of life orang Minang.
Karena itu, ia melihat perlunya musyawarah untuk merumuskan strategi serta pola-pola pengembangan yang tepat agar silek bisa bertahan dalam ekosistem budaya yang dinamis, relevan dengan dunia kaum muda, serta memberikan kontribusi pada kehidupan bersama dalam berbagai bentuk.
Musyawarah penting untuk menjemput kembali nilai-nilai yang telah ditinggalkan, untuk mengmpulkan segala yang terlah terserak oleh laju jaman. Semua perlu dilakukan sesegera mungkin agar silek kembali menjadi the way of life-nya orang Minang.
Menyilangkan Kayu dalam Tungku
Ketua IPSI Sumbar, Supardi, juga melihat pentingnya musyawarah tersebut. Melalui musyawarah ini, tokoh asal Payakumbuh itu berharap agar silek kembali menjadi pembentuk karakter bagi masyarakat Minang. Hal tersebut menurutnya penting karena sejauh ini masyarakat Minang telah terlalu terbuai oleh model-model hidup dan pembentukan karakter yang datang dari luar. Sebaliknya, ia justru melihat dunia luar-lah yang perlu diperkenalkan pada silek yang merupakan produk masyarakat Minang sendiri.
“Kayu perlu disilangkan dalam tungku agar menghasilkan api yang panasnya pas untuk menanak nasi. Semoga para tuo silek yang dipertemukan dan akan bermusyawarah ini bisa pula menghasilkan program yang pas,” tambah Ketua DPRD Sumbar yang mengalokasikan dana aspirasinya untuk kegiatan tersebut.
Heru Joni Putra yang juga fasilitator Musyawarah Tuo Silek mengatakan, dalam Musyawarah Tuo Silek nanti, akan dirumuskan juga beberapa program untuk mendukung upaya menduniakan Silek. Di sana akan dirembukkan cara agar pengetahuan mengenai silek dapat dikemas dalam berbagai bentuk, seperti koreografi, film, seni pertunjukan, serta publikasi ilmiah lintas disiplin. Lewat medium-medium tersebut, silek akan dipromosikan ke khalayak luas.
Setelah Musyawarah Tuo Silek, Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat juga akan menggelar Galanggang Silek Tradiasi di Agama Jua Caffe, Payakumbuh, pada 11-13 Juni 2022. Iven ini akan diisi oleh beberapa sasaran Silek TradisI dengan aliran masing-masing, serta berbagai seni pertunjukan yang berhubungan dengan Silek