Membanggakan, Grup Randai Alang Babega Desa Talawi Hilie Sawahlunto Ukir Prestasi di Festival Randai Sumbar 2021

Mengukir prestasi di tingkat Sumbar tentu menjadi kebanggaan masyarakat Sawahlunto khususnya Desa Talawi Hilie.

Grup Randai Alang Babega

Grup Randai Alang Babega (istimewa)

Klikpositif Supernova Honda (3000 x 1000 piksel)

PADANG, KLIKPOSITIF — Grup Randai Alang Babega Desa Talawi Hilie, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto masuk dalam 5 terbaik di ajang Festival Randai Sumatera Barat Tahun 2021. Dalam festival tersebut Grup Randai Alang Babega Desa Talawi Hilie dengan membawakan naskah Umbuik Mudo.

Sementara itu, 4 grup lainnya yaitu Grup Randai Mustika Minang dari Kota Pariaman, Grup Randai Sumarak Rumah Nan Gadang dari Kabupaten Dharmasraya, Grup Randai Saedar Janela Balubus dari Kabupaten Limapuluh Kota dan Grup Randai dari Kota Padang.

Mengukir prestasi di tingkat Sumbar tentu menjadi kebanggaan masyarakat Sawahlunto khususnya Desa Talawi Hilie.

Kepala Desa Talawi Hilie Ferdian Irwan mengucapkan rasa bangga dan sukur atas prestasi tersebut. Ferdian mengungkapkan semoga prestasi yang diraih ini menjadi penambah semangat bagi generasi muda dalam melakukan hal-hal yang positif dan menjaga tradisi ditengah gempuran kemajuan zaman.

“Kami atas nama Pemerintah Desa Talawi Hilie mengucapkan terimakasih kepada Wali Kota, Wakil Wali Kota Anggota DPRD, Donatur dan seluruh masyarakat Sawahlunto atas dukungan dan doanya,” katanya di Padang.

Ia mengungkapkan, Randai merupakan seni tradisi yang harus dijaga dan harus diturunkan ke generasi muda.

“Kalau ndak kito siapo lai, kalau ndak kini bilo lai (kalau bukan kita siapa lagi, kalau tidak sekarang kapan lagi) melestarikan kesenian Tradisional Minangkabau,” ujarnya.

“Alhamdulillah sukur kepada Allah atas takdirnya masih berkenan Talawi Hilie untuk mengukir prestasi dalam ajang Festival Randai Tingkat Provinsi Sumatra Barat,” sambung Ferdian.

Sementara itu Pelatih Grup Randai Alang Babega Desa Talawi Hilie Masril juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh anggota yang telah tampil maksimal.

“Prestasi ini mampu kita pertahankan seperti tahun 2020 kemarin berkat kebersamaan dan kekompakan kita,” katanya.

Ia berharap dengan prestasi ini, kedisiplinan latihan ditingkatkan dan keberhasilan lebih dari kedisiplinan.

Diketahui, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Taman Budaya Padang yang berada di bawah Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat menggelar Festival Randai se-Sumatera Barat. Kegiatan yang digelar sejak tanggal 7 hingga 9 September di Taman Budaya tersebut, diikuti oleh 18 sanggar randai, bertujuan melestarikan budaya randai pada generasi muda.

Sebanyak 18 sanggar Randai tampil dalam kegiatan Festival Randai se Provinsi Sumatera Barat yang diadakan Dinas Kebudayaan di Aula Taman Budaya Padang.

Kepala Dinas Kebudayaan Sumatera Barat Gemala Ranti mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan melalui UPT Taman Budaya ini sebagai bentuk pelestarian dan pembinaan terhadap sanggar-sanggar Randai yang ada di Sumatera Barat.

“Ada 18 sanggar randai utusan dari 18 kabupaten/kota yang akan tampil, kita memberikan biaya produksi sebanyak Rp 5 juta untuk masing-masing sanggar yang akan tampil,” ujarnya.

Menurut Gemala, Randai merupakan salah satu kesenian Sumatera Barat yang memiliki banyak unsur budaya dan kesenian, mulai dari teater, sastra, tari, musik tradisional, pencak silat hingga pakaian adat termasuk songket Minang.

Sementara kepala UPT Taman Budaya Fauzan menjelaskan, untuk penjaringan peserta yang akan tampil diserahkan kepada masing-masing kabupaten kota

“Kabupaten/kota yang akan memilih sanggar yang akan dikirim untuk tampil mewakili daerah masing-masing,” tuturnya.

Menurut Fauzan itu dilakukan dengan harapan setiap kabupaten/kota juga mengadakan Festival guna menyeleksi sanggar/peserta yang akan dikirim mewakili daerahnya.

Dengan demikian lanjut Fauzan, dapat menghidupkan dan menyemarakkan lagi kegiatan-kegiatan maupun keberadaan Randai di setiap daerah.

Untuk penilaian, Dinas Kebudayaan melibatkan para praktisi yang terdiri dari dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang dan Dosen Seni Budaya Universitas Andalas.

“Kita ingin juri atau yang biasa kita sebut pengamat, benar-benar merupakan pengamat aktif di praktisi serta menguasai secara keilmuan,” katanya.

Exit mobile version