PADANG, KLIKPOSITIF – Fakultas Pertanian Universitas Andalas (Unand) menggelar Seminar Internasional bertajuk 2nd Agrifood System International Conference (2nd ASIC) membahas teknologi pertanian pintar, Selasa (8/11/2022).
Dibuka oleh Wakil Rektor III Unand Insanul Kamil, seminar tersebut menghadirkan dua pembicara utama dari Prancis yaitu Pierre Ferrand dari FAO selaku Regional office forAsia and the Pasific dan Scientific Director of CIRAD, Prancis Dr Sylvain R. Perret.
Kemudian, pembicara undangan yaitu Dr Bernd Horneburg dari Kassel University, Dr Trevor A. Jackson dari NewZealand, Prof Shamshuddin Jusop dari Malaysia, Dr Wahono dari UMM Indonesia dan Prof Norman Uphoff dari Cornell University USA.
Dalam seminar internasional yang berkolaborasi dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unand, mengambil tema โResearch advancement and innovations in Agroecology and SmartAgrifood Systemโitu, Insanul menyampaikan soal resesi pada 2023.
“Terjadinya ancaman resesi pada 2023 salah satunya karena terganggunya sistem pangan dunia memicu terjadinya krisis pangan, karena itu tidak ada jalan lain selain meningkatkan teknologi pertanian,” kata Insanul.
Insanul berharap melalui seminar internasional ini bisa melahirkan inovasi dalam teknologi pertanian pintar. “Teknologi pertanian pintar bisa dimanfaatkan untuk mencegah terjadinya ancaman krisis pangan,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa seminar internasional ini juga merupakan inisiatif Unand untuk memberikan solusi bagi persoalan pangan baik skala lokal, nasional maupun dunia.
Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana Seminar Dr My Syahrawati menyampaikan selain hadir pembicaraan utama dan pembicaraan undangan, juga hadir dihadiri pembicara lokal yaitu Dr Irawati, Dr Dini Hervani, Dr Eka Chandra Lina, Dr Yuerlita dan Dr Hery B Tanjung
“Seminar pun diikuti 251 peserta berasal dari 46 institusi yang digelar secara daring. Selain itu, juga ada peserta dari India, Malaysia, Thailand,” kata dia.
Ia menyampaikan selama ini hasil-hasil riset bidang pertanian Unand belum terkoneksi dengan penelitian internasional.
“Orang sudah bergerak ke bidang pertanian pintar kita masih konvensional, karena itu perlu disinkronkan dengan perkembangan teknologi pertanian dari luar,” kata dia. (*)